Rss Feed
  1. Kuliah WhatsApp Grup Rumah Main Anak
    Hari, tanggal : Selasa, 7 Juli 2015

    Nama pemateri : Puti Ayu Setiani, S.Psi
    Di resume oleh : Shona Vitrilia

    Tiga tahun pertama kehidupan saat dimana otak sedang berkembang dan mematang merupakan periode yang  intensif dalam perkembangan kemampuan bicara dan bahasa bayi. Ketrampilan ini akan berkembang baik melalui suara, hal yang dilihat, paparan yang konsisten yang didapatkan dari pembicaraan dan bahasa orang di sekitar bayi.
    Tanda-tanda bayi berkomunikasi terjadi ketika bayi belajar bahwa menangis akan membawa makanan, kenyamanan, dan perhatian. Bayi yang baru lahir juga mulai mengenali suara penting dari lingkungannya, seperti suara ibu atau pengasuh utama. Umumnya pada usia 6 bulan, bayi mulai mengenali suara dasar bahasa utama mereka.

    Berikut merupakan capaian perkembangan bahasa bayi:
    0-3 bulan
    • Bereaksi terhadap suara keras
    • Merasa tenang atau tersenyum ketika ada yang mengajaknya berbicara
    • Mengenali suara pengasuh utama dan menjadi tenang saat mendengarnya (ketika menangis)
    • Ketika diberi makan (ASI) mulai atau berhenti menghisap untuk merespon suara
    • Mengoceh seperti “aah”, “uuh” (cooing) dan membuat suara yang menyenangkan
    • Memiliki tangisan-tangisan khusus untuk kebutuhan yang berbeda (biasanya tangisan ketika lapar, mengantuk akan berbeda caranya)
    • Tersenyum ketika melihat bunda atau pengasuh utama

    4-6 bulan
    • Mengikuti suara melalui mata mereka
    • Berespon bergantung intonasi suara Bunda atau pengasuh utama
    • Menyadari bahwa mainan dapat menimbulkan bunyi
    • Memberi perhatian pada suara-suara berirama atau musik
    • Mulai babling (papapa, bababa, mamama)
    • Tertawa
    • Melakukan babling ketika gembira atau tidak senang
    • Mengoceh ketika sendiri atau sedang bermain bersama orang lain

    7 bulan -1 tahun
    • Senang saat bermain cilukba
    • Menoleh dan melihat asal suara
    • Menoleh ke asal suara ketika dipanggil namanya
    • Mulai menyadari nama pengasuhnya dan akan bereaksi ketika nama pengasuhnya disebut
    • Mulai dapat mengungkapkan persetujuan atau ketidaksetujuan dengan mengangguk atau menggelengkan kepala
    • Mendengarkan ketika diajak berbicara
    • Tersenyum dan menangis untuk mengekspresikan perasaan mereka
    • Memahami kata-kata umum seperti, botol, sepatu, minum
    • Memberikan perhatian untuk perintah sederhana seperti “No”, atau “Kasih ke Bunda”.
    • Memahami kata “tidak” namun tidak akan selalu mematuhinya
    • Babling dengan menggunakan rangkaian suara seperti “tata, bibibi, upup”
    • Babling untuk mendapatkan perhatian
    • Meniru beberapa suara
    • Dapat mengucapkan satu atau dua suku kata di ulang tahun pertamanya (misal, mama, hi, dsb).
    • Berteriak untuk mendapatkan perhatian

    1-2 tahun
    • Mengetahui beberapa bagian tubuh dan dapat menunjuknya ketika ditanya
    • Mengikuti perintah sederhana (misal: "lempar bolanya") dan memahami pertanyaan sederhana ("dimana sepatu adek?")
    • Menikmati ketika mendengarkan cerita pendek dan sederhana, lagu, atau alunan irama
    • Menunjuk gambar, ketika disebutkan, yang ada di dalam buku
    • Mampu bertanya beberapa pertanyaan mengenai orang atau sesuatu (misal, cicak mana? Pergi?)
    • Menggunakan dua kata bersama (misal “mau lagi”)
    • Menggunakan berbagai macam konsonan di permulaan kata

    Beberapa hal yang dapat dilakukan
    • Mengajarkan bergiliran berbicara yang merupakan aturan sosiolinguistik pertama. Contohnya ketika Bunda mengatakan “Siapa yang pintar?”, Bayi akan berespon dengan suara, lalu Bunda bisa meresponnya dengan mengatakan “Iya, anak Bunda ya pintar”.
    • Dengarkan Bayi, jangan menyela bayi ketika sedang asyik mengoceh, tunggu sampai ia berhenti.
    • Matikan televisi atau perangkat suara lain ketika sedang belajar berkomunikasi dengan bayi Anda.
    • Bacakan buku cerita sederhana ketika tidur. Selain sebagai sarana untuk mengajarkan kata-kata baru, menunjukkan hubungan kata dengan gambar, hal ini juga dapat meningkatkan kelekatan antara anak dengan Bunda.

    Karena saya salah mengingat jadwal materi apa yang harus diberikan (yang saya siapkan sebelumnya malah mengenai perkembangan sosial-emosional), semoga yang singkat dan sedikit ini dapat memberikan manfaat bagi Bunda semua. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bermanfaat.

    Sumber:
    www.nidcd.nih.gov

    Tanya-Jawab
    1. Umi Rahmawati, Metro, Lampung. Dzaky Usia 2y4m, sy.
      Ada beberapa hal yg menganjal Terkait dg Dzaky.  1. Dzaky masih Nenen Sampai Hari ini, Walau Cuma malam saja, pagi - sore dia off, tp utk Malem di minta Nenen lagi, sy berusaha utk wwl tp utk Yg malam berat rasanya, Dzaky jd nangis rewel dsb. Itu Yg membuat sy jd tdk Tega dn Dzaky ttp masih Nenen. 2. Dzaky masih blm bs bab di kamar mandi, dia lebih memilih berdiri Menepi di Tempat Yg dia mau. Sy Sdh menyampaikan jk bab di kamar mandi, Sdh sounding jg tp blm berhasil. 3. Dzaky akhir² ini Suka mukul, Melempar batu dll, sy Sdh berusaha mengehentikan tp dia tdk mau Berhenti Sehingga terpaksa sy sampaikan, bunda Marah. Dia tahu dan paham kalau bunda Marah, Sehingga dia Akan menangis dn minta Maaf ke sy, salahkah/benarkah tindakan saya bun?
      Jawab:
      Bunda Umi, Dzaky sebenarnya sudah melalui satu tahap penyapihan, yaitu sudah off menyusui ketika siang. Nah, sekarang tinggal saat malam hari saja ya berarti. Terdapat beberapa hal yang mungkin Bunda dapat lakukan, yaitu: Bunda mungkin bisa mengalihkannya dengan menawarkan makanan atau minuman pengganti ketika anak meminta ASI; Mengajak bicara anak dengan bahasa yang sederhana, misal “karena adek sudah besar, nenennya jadi di gelas aja ya, tidak sama Bunda.”; Saat proses penyapihan selalu tunjukkan bahwa bukan berarti Bunda tidak menyayanginya lagi, dekap anak, peluk dan cium dirinya; mantapkan hati bunda jika memang sudah berniat untuk menyapih. Ketika Bunda ‘kalah’ oleh rengekan anak, anak menyadari bahwa Bunda sendiri ragu sehingga ia tidak akan rela untuk disapih. Saya tahu itu berat, tapi kuncinya memang konsisten Bun ; Libatkan ayah dalam hal ini, ayah dapat menghibur atau mengalihkan perhatian anak ketika anak rewel meminta nenen; terakhir, Bunda mungkin bisa juga mengalihkan perhatian anak dengan membacakan cerita sebelum tidur sebagai pengganti untuk menyusu.
      Untuk pertanyaan no.2, toilet training memang menjadi salah satu tantangan besar pembelajaran di usia dini ya Bun, hehe. Beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk hal ini, diantaranya: ketika Bunda mengetahui jadwal BAB anak, Bunda bisa menciptakan rutinitas atau menanyakan apakah anak mau BAB atau tidak; Jelaskan kepada anak mengapa BAK harus di toilet. Bunda dapat menggunakan contoh-contoh atau buku cerita untuk menerangkan hal ini; Ajari anak dan beri contoh bagaimana cara menggunakan toilet untuk BAB; Jika perlu, gunakan alat bantu seperti pispot atau toilet seat yang memang diperuntukkan untuk anak; Sosialisasikan rencana toilet training anak kepada seluruh anggota keluarga agar anggota keluarga menerapkan hal yang sama; Jika anak memang terlanjur BAB tidak di kamar mandi, segera angkat ke kamar mandi dan ingatkan bahwa seharusnya BAB itu di kamar mandi; pujilah anak jika berhasil melakukan BAB di kamar mandi. Toilet training ini bukan hanya sekedar kesiapan anak menjalaninya, namun merupakan suatu kerja sama antara Bunda dengan anak, jadi dibutuhkan banyak kesabaran dan usaha agar proses tersebut dapat terjalin dengan menyenangkan.
      Untuk pertanyaan no.3, kira-kira menurut Bunda keadaan apa yang membuat Dzaky memukul, melempar batu, dsb? Apakah zaat dzaky lapar, capek, atau saat butuh perhatian? Mengajarkan do and don’t kepada anak memang sangat butuh kesabaran. Bunda bisa mulai mengajarkan Dzaky mengapa perilaku tersebut baik atau tidak boleh dilakukan di saat-saat tenang. Misal ketika Dzaky sedang bermain, Bunda bisa mengajaknya berbicara melalui pretend play, “Kalo dipukul tuh sakit ga ya? Oh sakit ya, makannya dipukul itu tidak enak ya, jadi kita tidak boleh memukul orang”; “Kalo disayang itu Dzaky senang tidak? Senang ya? Nah, makannya kalo sama Bunda, sama ayah, sama teman-teman, Dzaky juga harus sayang karena bisa membuat orang lain senang”. Bunda juga bisa mengajarkan nilai-nilai tersebut lewat buku cerita atau dongeng. Ajarkan anak ketika ia siap menerima pengajaran tersebut, di saat Anak dan Bunda dalam suasana tenang dan menyenangkan. Dengan suasana itu, anak akan lebih cepat menyerap apa yang Bunda ajarkan kepadanya. Dan selalu berikan alasan yang jelas mengapa suatu perilaku boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan agar anak mampu berpikir dan belajar sehingga menerima hal tersebut dengan lapang. Semoga menjawab.
    2. Anak saya cowok usia 1,5 tahun.dia udah bisa jalan usia 9 bulanan. Namun sampai sekarang masih belum bisa ngomong.palingan ya "ah, eh, uh.." kalo berkomunikasi sambil nunjuk2. Paling banter bilang "itu". Anak saya udah bisa n paham kalo diajak ngobrol. Kalo dimintai tolong atau 'perintah' gitu dia ngerti n dilakuin. Kalo dia minta sesuatu ya pake bahasanya dia aja.hehe.. Apakah anak saya masih wajar ato udah termasuk lambat bicara? n gimana caranya agar bisa cepet terstimulasi untuk bicara? Kadang saya minta dia merhatiin bibir saya agar niruin ngucapin satu kata, yg ada malah dia ketawa2. Makasih sebelumnya. Santy, Medan
      Jawab:
      Bunda Santy, merujuk pada tingkatan perkembangan bahasa, di usia 1,5 – 2 tahun anak memang biasanya sudah mampu berkata “mama”, “papa”, dsb. Di masa ini merupakann masa peka anak untuk diajarkan berbagai macam kosa kata. Untuk menstimulusnya, Bunda bisa kembali menanyakan keinginannya ketika anak menunjuk atau memperlihatkan bahasa tubuh ketika menginginkan sesuatu. Misalnya ketika anak mau minum dan menunjuk-nunjuk gelas, Bunda dapat menanyakan ke anak “Oh, adek mau minum ya?”, dengan begitu anak jadi tahu apa yang mesti disebutkannya ketika ia ingin minum. Bunda juga dapat menstimulusnya dengan bernyanyi, mengobrol, membacakan buku cerita, atau membacakan cerita dengan menunjukkan berbagai gambar yang ada di sana dan aktivitas yang dilakukan (improvisasi, hehe). Jangan takut juga untuk menjelaskan sesuatu secara detail ya Bun, misalnya “Iya, itu bus. Busnya besar dan berwarna merah”, karena anak-anak Anda adalah anak yang cerdas. Insya Allah jika distimulus dan dilatih terus, saat menginjak usia 2 tahun anak sudah memiliki banyak perbendaharaan kata.
    3. Aslm. Mau nanya nih mba. Nn
      Wajarkah ketika bubling yg biasanya diucapkan anak hilang kmudian muncul kembali ketika diransang. Misal: anak sy sudh bs bilang 'baba' 'mama' atau camouran dr kosakata itu, tp ada masanya tb2 dia gk bubling dan hanya berteriak 'eh' untuk berkomunikasi (memanggil, menunjuk, dll) Awatif, depok
      Jawab:
      Usia ananda berapa Bun? Karena di usia 9-12 bulan anak memang sudah mulai berteriak untuk mendapatkan perhatian dari Bunda. Ketika ia menginginkan sesuatu atau menunjuk sesuatu, dengan berteriak, ia ingin Bunda memberi perhatian kepadanya agar keinginannya dapat terpenuhi. Babling ini nantinya juga akan berkembang sampai anak mampu mengucapkan satu kata. Jadi, wajar aja ko, Bun.. Nah, jika anak berteriak menginginkan sesuatu, Bunda bisa menanyakan kepada anak atau menjelaskan ulang permintaannya, "Oh adek mau mobilan ini ya?", jadi anak juga akan belajar mengasosiasikan kalo benda tersebut punya nama. 
    4. Assalamualaikum mba Puti,  sy mau tanya dan share ttg pengalaman anak sy Zahra wkt usianya 3 bulanan mau menginjak 4bln, ada kebiasaan yg unik menurut sy.. Kalau mau minta nenen sll keluar kata "ndring" bahkan kl sdh gak sabar mau nen "ndrriiing" jelas sekali pengucapan huruf "R"nya.. Tp semakin besar pengucapannya R nya malah tdk jelas dan hilang sejak umur 12bln hingga skrg usianya 28bln kl mengucapkan kata yg ada R nya misal: ndring, tidur >> dy blgnya "ndin, tidul" Pertanyaan sy, normalkah perkembangan bahasanya? Lalu bgmn menstimulasinya agar bs mengucapkan lafadz "R" ? Usia berapa sbnrnya anak bs ngelafadz kan bunyi huruf2 dg benar? Terima kasiiih ya mba sebelumnya kyknya panjang skali ini nanya nya
      Jawab:
      ‘Alaikumussalam Bunda. Gak ko, pertanyaannya gak panjang. Yang terjadi saat Zahra berusia 3-4 bulan, Zahra sudah belajar mengasosiasikan ocehan “Ndriiing” dengan mendapatkan ASI. Kata “ndriiing” di sini kan kata yang tidak bermakna dan semakin ke sini Zahra belajar bahwa Ndriing bukan sebuah kata dan Zahra sudah mendengar berbagai macam kata yang bermakna.
      Dalam mengajari huruf R diperlukan manipulasi yang cukup kompleks antara lidah, langit-langit, dan bibir. Pada usia sekitar  2-3 tahunlah anak baru mengusai pengucapan 2/3 dari seluruh konsonan. Menginjak usia 3-4 tahun, otot-otot lidahnya mulai matang, dan diharapkan anak sudah mulai bisa mengucapkan seluruh konsonan pada usia pra-sekolah. Tapi, sekali lagi, perkembangan tiap anak itu berbeda, kemungkinan di usia 4 tahun ada juga anak yang masih cadel mengucapkan huruf R.
      Nah perbedaan kematangan ini bisa disebabkan faktor keturunan, nutrisi, dan juga asuhan.
      Stimulasi perkembangan anak dengan terbiasa menggunakan kata yang benar, tidak dicadel-cadelkan. Misal bilang susu tetap susu, jangan dicadel-cadelkan menjadi cucu. Ketika memperkenalkan anak dengan nama binatang, kucing misalnya, katakan dengan kucing, jangan ucing. Meskipun misalnya anak tetap mengucap ucing (karena memang pengucapan konsonan masih berkembang seperti yang telah dijelaskan di atas), tidak apa-apa, tapi kita tetap meresponnya dengan kucing. Misalnya “Ma, ucing”, “Oh, adek liat kucing ya... wah kucingnya lucu ya.” Dengan demikian anak akan tau dan meniru pengucapan kucing dengan benar karena Bunda-nya juga mengucapkan kucing dengan benar. Banyak-banyak paparkan anak dengan kata-kata, insya Allah mereka juga akan cepat belajar meniru pengucapan tersebut.
      Jika anak di usia 4-5 tahun menjadi cadel tiba-tiba gimana? Ada juga kasus yang seperti itu. Biasanya anak kembali mencadelkan dirinya untuk mendapatkan perhatian dari ayah-ibunya, atau misalnya ketika memiliki adik baru. Beri tahu anak dan koreksi anak selalu untuk mengucapkan kata dengan benar. Jangan marahi anak dan hadapi situasi sesulit apapun dengan tetap tenang dan penuh kasih sayang. Semoga bermanfaat.
    5. Bismillah... Bunda, sejak kpn y efektif mengajarkan bercerita dg buku kpd bayi sblm tidur.
      Jawab:
      sebenernya bahkan saat bayi berusia 1 bulan, Bunda sudah bisa membacakan buku (buku bantal) kepada bayi, hehe. Membacakan buku kepada anak bisa dilakukan saat bayi berusia 4-6 bulan, karena pada saat itu bayi sudah mulai memberi perhatian terhadap intonasi suara.  Untuk bedtime stories, jika yang dimaksud efektif adalah anak akan tenang mendengarkan, hal itu dapat terjadi di usia sekitar menjelang 18 bulan-2 tahun, karena kemampuan kognitif dan perkembangan bahasa anak sudah lebih berkembang dengan baik . Di kisaran usia tersebut mereka sudah dapat mendengar suatu penjelasan mengenai suatu objek yang menariknya atau mendengarkan cerita pendek.

  2. 2 komentar:

    1. febry mengatakan...

      ass. mba put saya mau tanya, anak saya laki-laki sudah berusia 20bl. tapi hingga saat ini dy hanya bisa mengucapkan satu kata saja, misalnya : bus, gak, gak mau, biarin, gak tau. Tapi di usianya yang sekarang apa hal tersebut masih normal? saya takut jika terjadi keterbelakangan dan terlambat di ketahuinya. Maaf dan terima kasih ya mba.

    2. Novi mengatakan...

      Ass.
      Mbak mau nanya donk gimana sih perkembangan bahasa anak usia 2 tahun untuk anak laki-laki mbak?
      Atau adakah perbedaan perkembahan bahasa anak antara anak perempuan atau laki-laki mbak?

    Posting Komentar