Rss Feed
  1. Perkembangan Seni Anak Usia 2-4 Tahun

    Jumat, 18 September 2015

    Resume Materi Rumah Main Anak
    Waktu: Rabu, 2 September 2015

    Pemateri: Chairunnisa Rizkiah, S.Psi
    Peresume: Habibah Wardah

    Secara umum, seni terbagi menjadi dua, yaitu seni rupa (visual art) dan seni pertunjukan (performance art).
    Seni rupa: 1. Dua dimensi, seperti gambar/lukisan dengan berbagai media gambar, kolase, dan foto
    Melanjutkan materi sebelumnya, dalam hal seni rupa, anak usia 2-3 tahun pada umumnya masih membuat coretan-coretan yang bentuknya sembarang, atau disebut gambar scribble. Tahapan gambar yang dibuat oleh anak usia 2-4 tahun sering disebut tahap pre-schematic. Pada tahap ini, gambar mulai memiliki bentuk yang dapat dikenali, namun biasanya tidak realistik bebas tergantung imajinasi anak. Obyek yang digambar juga banyak yang “mengambang” di tengah-tengah area kertas, tanpa ada gambar garis yang menandakan tanah atau lantai. Anak juga banyak menggunakan warna kesukaannya untuk menggambar, bahkan untuk obyek-obyek yang di dunia nyata tidak berwarna seperti itu. Contohnya, anak menggunakan warna pink saja untuk menggambar matahari, rumah, pohon, dan orang.

    Anak usia 3 tahun mulai dapat:
    • Membuat garis lurus. Awalnya pendek-pendek seperti rintik hujan, namun lama-kelamaan garis yang dibuat semakin panjang 
    • Membuat gambar lingkaran. Tidak dalam bentuk lingkaran yang bulat sempurna (orang dewasa juga banyak yang sulit kok membuat lingkaran yang benar-benar bulat). Yang penting adalah gerakan melingkar dengan satu tarikan garis. Kedua ujung lingkaran juga tidak selalu bertemu. Kadang anak juga membuat lingkaran berkali-kali di tempat yang sama, sehingga hasil gambarnya jadi seperti obat nyamuk :D 
    • Membuat gambar orang yang mulai jelas bentuknya, pada umumnya terdiri dari kepala, dengan mata dan mulut serta kadang rambut. Bila diminta menambahkan badan, anak menggambar stick figure (badan, tangan, dan kaki hanya satu garis seperti lidi) atau tadpole figure (gambar kepala besar, dengan tangan di samping kepala dan kaki di bagian bawah kepala, tanpa badan). 
    • Membuat garis zig-zag dan garis lengkung. Awalnya dari menebalkan garis (tracing), tetapi menjelang usia 4 tahun dan seterusnya anak mulai dapat membuat gambar garis-garis tanpa diberi contoh
    Untuk anak usia 4 tahun, pada umumnya sudah mampu:
    • Menggunakan lebih dari 2 warna dalam menggambar 
    • Meniru bentuk yang lebih sulit, seperti segi empat, menggambar bagian-bagian wajah yang sederhana (mata, hidung, mulut, telinga, rambut), dan menggambar tubuh yang dua dimensional (bukan stick figure lagi). 
    • Anak usia 3-4 tahun mulai membuat gambar yang terdiri dari bentuk-bentuk sederhana yang sudah pernah mereka gambar, misalnya mobil (kotak dan lingkaran), rumah (segitiga dan kotak), dan bunga (garis lengkung dan garis lurus).
      Tips saat mengajarkan anak menggambar: “uraikan” obyek dalam bentuk-bentuk sederhana. Contohnya, mobil terdiri dari bentuk segi empat, lalu segi empat lagi di bawahnya, lalu dua lingkaran. Anak akan lebih mudah menirunya daripada langsung digambar dalam bentuk yang kompleks.
    • Mulai menggambar dengan tema, yang berarti elemen-elemen dalam gambar digambar dengan satu kesatuan cerita. Misalnya, anak menggambar rumah, halaman, matahari, dan orang, dan bercerita kalau itu adalah rumahnya. Kemampuan ini akan berkembang lebih lanjut di usia 5 tahun ke atas. 

    2. seni rupa tiga dimensi seperti kerajinan tangan dari berbagai media, misalnya tanah liat, kayu, playdough, bahkan pasir warna
    Kalau bentuk seni rupa tiga dimensi, kreasinya pasti banyak ya… Sama seperti seni rupa dua dimensi, kemampuan dalam membuat karya seni tiga dimensi membutuhkan keterampilan koordinasi motorik halus, di antaranya menggenggam, meremas, memilin (seperti membuat playdough jadi berbentuk panjang), menekan dengan ujung jari, menggunakan kedua tangan, dan kontrol tenaga supaya bentuk yang dibuat sesuai dengan yang diinginkan.

    Anak usia 2 tahun pada umumnya sudah mampu meremas bahan yang lunak seperti playdough atau adonan kue, dan menekannya menjadi bentuk pipih. Orangtua dapat membantu anak dengan memberikan cetakan seperti cetakan roti atau agar-agar. Orangtua juga dapat membantu anak membuat bentuk dasar dari obyek yang diinginkan, misalnya kepala dan badan hewan, lalu meminta anak menempelkan bagian-bagian tubuh yang lebih detil seperti telinga, ekor, dan mata.

    Anak usia 3-4 tahun sudah mulai mampu mengkreasikan bentuk yang dibuat, di antaranya memilin bahan menjadi bentuk panjang, memutar-mutar bahan dengan kedua telapak tangan menjadi bentuk bola, dan memasukkan bahan ke dalam wadah/cetakan. Misalnya, saat bermain istana pasir, anak usia 3 tahunan sudah bisa diajari untuk mengisi pasir ke dalam cetakan sampai penuh dan padat, lalu membaliknya sendiri sehingga pasir di dalam cetakan keluar menjadi bentuk yang diinginkan. Anak juga sudah dapat menuang pasir warna-warni ke dalam wadah dengan menggunakan corong. Menjelang usia 4 tahun, anak sudah mulai bisa membantu membuat diorama (miniatur), misalnya diorama rumah tempat tinggal, peternakan, dan jalan raya, tentunya orangtua yang terlebih dahulu membuat master plan-nya.

    Seni pertunjukan Yang termasuk ke dalam seni pertunjukan di antaranya adalah:
    • Lagu 
    • Tarian, atau gerakan yang mengikuti irama lagu 
    • Kombinasi gerak dan lagu 
    • Drama (pretend play), atau bermain peran 
    • Bermain alat musik, dan lain-lain
    Sejak bayi, anak sudah dapat berespon bila mendengar suara yang menarik. Di usia 2 tahun, perkembangan motorik anak membantunya untuk dapat bergerak lebih bebas mengikuti irama suara. Respon yang diberikan juga bersifat spontan, dengan gerakan freestyle sesuka hati.
    Pada umumnya anak usia 2 tahun dapat mengikuti irama lagu dengan menggerak-gerakkan kepala, badan (naik turun, berputar-putar, atau meloncat-loncat), serta tangan (dilambaikan, digerakkan ke atas dan bawah).
    Anak juga bisa mengikuti menyanyikan lagu bila dituntun oleh orang lain. Biasanya yang diikuti adalah lirik bagian akhir, karena anak mendengarkan dahulu lirik bagian awalnya.

    Di usia 3-4 tahun, anak mulai mampu mengikuti gerakan sederhana yang dicontohkan oleh orang lain, yang sesuai dengan irama lagu. Di antaranya gerakan tangan, kepala, dan kaki. Bila gerakan tersebut diulang-ulang dengan lagu yang sama, sebagian anak juga dapat menghapalnya dan melakukannya tanpa perlu melihat contoh lagi. Namun kembali lagi, kemampuan tersebut juga berhubungan dengan daya ingat dan daya konsentrasi anak. Anak usia 3-4 tahun sudah mulai dapat menari mengikuti gerakan secara berkelompok, yang berarti anak diberitahu bahwa dia dan teman-temannya harus ada di posisi tertentu saat menari. Anak juga sudah mulai bisa menyanyikan lagu pilihan, baik sendiri maupun bersama-sama anak lain.
    Bernyanyi juga dapat disertai bermain alat musik perkusi seperti tamborin, maraccas, triangle, bahkan panci dan ember juga boleh. :D   Kegiatan seperti ini dapat melatih kemampuan anak mengikuti irama. Biasanya saya menggunakan ketukan sederhana untuk membantu anak memahami irama lagu, seperti instruksi “pukul, angkat, pukul, angkat” untuk anak yang memegang alat musik yang dipukul, atau tepukan tangan mengikuti lagu. Kadang ada anak yang terlalu fokus bernyanyi sampai lupa memainkan alat musik, dan sebaliknya ada anak yang hanya bermain alat musik tanpa bernyanyi. Kalau anak terlihat kesulitan untuk melakukan keduanya sekaligus, bisa dicoba satu-satu saja dulu, menyanyi dengan diiringi alat music dari orangtua atau bermain alat musik mengiringi orangtua bernyanyi.

    Untuk seni pertunjukan berupa drama, setahu saya anak usia 3 tahun pun sudah mulai bisa memerankan tokoh tertentu. Namun di usia 4 tahun kemampuan untuk berpura-pura menjadi tokoh dalam cerita berkembang lebih baik. Misalnya, kalau jadi serigala yang jahat, suaranya besar dan menakutkan. Kalau berperan jadi ibu, suaranya lembut dan memakai celemek.
    Untuk kegiatan bermain peran, akan sangat baik bila ditunjang dengan kegiatan membacakan cerita kepada anak. Bermain peran dapat dilakukan sambil membacakan cerita, misalnya anak berpura-pura menjadi tokoh tertentu. Orangtua juga dapat menyiapkan panggung dan kostum sederhana untuk mementaskan cerita dari buku yang sudah pernah dibaca. Penontonnya bisa keluarga, tetangga, atau boneka-boneka yang dijejerkan. Pertunjukan boneka tangan atau boneka kertas yang ditempel di stik es krim juga dapat menjadi alternatif kegiatan drama ini. Siapa tahu kan anak memang punya bakat acting ;)

    Ada 7 manfaat adanya pengalaman seni dan budaya pada anak usia dini, yang saya terjemahkan dari http://earlyarts.co.uk/philosophy/7-benefits-arts-early-childhood/
    1. Pengalaman di usia dini dengan karya seni, yang tidak jarang juga karena budaya di tempat tinggal anak, dapat membantu anak mengembangkan keterampilan di bidang seni yang berkaitan, yang nantinya akan membantu anak di kehidupannya. Contohnya, anak-anak pengrajin sculpture (pahatan) di Bali terbiasa melihat orangtua mereka memahat kayu sejak kecil, dan mulai mencoba sendiri.
    2. Dapat membantu anak memberdayakan kemampuan kognitif (daya pikir), fisik, emosional, spiritual, bahasa, dan moral mereka
    3. Memperkuat ikatan antara orangtua dan anak, juga melibatkan keluarga dalam proses belajar anak, sehingga menjadi kesempatan yang baik untuk mendapatkan pengalaman bersama dan berkomunikasi dengan sesame anggota keluarga
    4. Pengalaman di lokasi pusat seni seperti museum, galeri seni, perpustakaan, teater, dan pertunjukan seni dapat menjadi resources (sumber media belajar) anak dan memberi ide bagi orangtua untuk melakukan kegiatan seni bersama anak
    5. Dapat membantu mengembangkan kecakapan seperti kreativitas, ekspresi diri, memahami identitas diri, pemahaman budaya, dan mengembangkan imajinasi.
    6. Berdampak positif terhadap kepercayaan diri, self-esteem (penilaian terhadap diri), perkembangan sosioemosional, menj embatani perbedaan bahasa atau budaya.
    7. Mengembangkan pemahaman tentang proses kerja, serta perasaan puas setelah menyelesaikan sesuatu.

    Semoga bermanfaat ya. Ayo diskusi

    Tanya Jawab:
    1. Kebiasaan baik memang dimulai dari kecil. Begitu juga mengasah ketajaman seni yg tidak melanggar syariat Islam. Teringat pngalaman dg keponakan2 kecil saya. Bagaimana ya penjelasan yg baik jika saat jalan2 ke lokasi seni ketemu dg lukisan/patung (maaf) vulgar?Habibah, Jakarta, 13m, RMA1
      Jawab:
      Kalau masih bisa dihindari, sebelum pergi ke lokasi seni baiknya disurvei dulu, apa tema pamerannya dan target pengunjungnya siapa. Begitu juga dengan pertunjukan seni lainnya. Ibaratnya, kasih rating ke acara yg akan didatangi bersama anak, apakah ratingnya General (semua umur), Parental Guide (bimbingan ortu), atau tidak cocok utk anak usia di bawah sekian tahun. Biasanya ada pamflet atau publikasinya di media, ttg siapa senimannya dan apa tema yg diangkat. Kalau utk anak2, tema2 seperti "budaya betawi", "anak indonesia", dan lain2 yg sifatnya general pastinya lebih cocok utk anak.
      Kalau sudah "terlanjur", pertama lihat dulu respon dari anak. Apakah anak terlihat bingung? Terlihat takut? Terlihat tertarik? Atau ada komentar, misalnya "eh kok orangnya ga pakai baju?" Baru setelah itu konfirmasi ke anak ttg reaksinya. "Kakak kok keliatan bingung. Kenapa?" Tapi memang diusahakan saat berbicara badan anak sudah dihadapkan ke arah yang lain sehingga tidak lama2 melihat karya seni yg tidak sesuai umurnya itu. Kalau merujuk ke perkembangan agama anak usia 2-4 tahun, mereka sudah mulai diperkenalkan dengan aurat/bagian2 tubuh yg tidak boleh terlihat oleh orang lain. Kalau anak bertanya, "kok orangnya ga pakai baju?", justru itu tanda bahwa anak merasa ada yg tidak sinkron dgn nilai2 yg diajarkan di rumah. Orangtua bisa kembali menjelaskan, iya ya, jadi malu ya kok tidak pakai baju. Kita juga tidak usah lihat lama2, kita lihat yg lain aja yuk...
      Jadi utk beragam pertanyaan anak, bukan cuma di kondisi yg awkward karena terekspos karya seni yg vulgar itu, pastikan dulu apa yg membuat anak penasaran atau bingung. Kalau orangtua langsung panik dan menjelaskan panjang lebar, mungkin anak malah jadi bingung. Kadang kita perlu ingat lagi bahwa apa yg dipikirkan anak belum tentu sama dgn yg dipikirkan orang dewasa  Semoga membantu ya jawabannya
    2. Alhamdulillaah senang dapat materi tentang tumbuh kembang seni pada anak dari mbak Kiki Dari pemaparan materi mba, tumbuh kembang seni anak dapat lebih banyak dieksplor ketika usia mulai 3-4 tahun.. alhamdulillaah dapat ancang2 waktu untuk mulai merencanakan kegiatan apa saja yang bisa dilakukan.. ohya, saya mau minta pendapat mba kiki, apakah benar kalau untuk mengidentifikasi anak berbakat seni dengan anak kurang berbakat seni kita tidak boleh menjudge atau memberikan penilaian ketika dari usia dininya anak? Misal, usia TK belum keliatan minat melukis, lalu baru usia SD ternyata mulai suka melukis, dan karena sering melukis lukisannya ternyata sangat bagus. Ternyata anak itu punya bakat melukis. Apakah benar begitu mba? Mohon penjelasannya ya.. jazakillaah.
      Aisyah, usia anak 2,5 tahun, Semarang, RM1
      Jawab:
      Kalau seni digunakan sebagai media ekspresi pikiran dan perasaan, tentunya tidak bisa dinilai dgn "bagus" atau "jelek" ya bun, baik pada anak2 maupun orang dewasa
      Ada anak2 yg memang memiliki bakat bawaan. Bakat bawaan seperti itu biasanya terlihat sejak dini, dan tanpa dilatih atau ikut kursus secara khusus pun ternyata anak bisa membuat karya seni yg "indah", bahkan dgn standard profesional. Contohnya adlh Beethoven yg membuat komposisi lagu pertama di usia 5 tahun. Ada juga Wang Yani dari Cina, yg melukis sejak usia 2 tahun. Mereka sering disebut self-taught artist (seniman yg belajar scr otodidak)
      Ada pula anak2 yg bisa mengembangkan keterampilan artistik dengan latihan. Dalam hal ini, ada faktor lain yg mempengaruhi, yaitu minat. Minat juga sangat mempengaruhi apakah anak akan terus mendalami seni tertentu atau tidak. Tentang minat ini, saya punya contoh seorang murid yg di usia 4 tahun tidak suka menggambar di jurnal harian (do sekolahnya wajib mengisi jurnal kegiatan setiap hari) karena yg bisa dia gambar hanya smiley face. Di usia 5 tahun, dia mulai tertarik menggambar terutama tokoh2 imajinasinya sendiri. Ia ikut klub melukis dan semakin suka menggunakan cat.
      Untuk kemampuan seni yg butuh kekuatan tangan dan jari2, hal ini berhubungan juga dengan perkembangan motorik halus dan kekuatan otot tangan ya. Ada anak2 yg cepat capek bila memegang alat lukis karena otot-otot tangannya tidak kuat. Lalu anak jadi tidak suka menggambar. Atau bisa jadi, memang anak tidak memiliki minat dalam seni rupa.
      Jadi apakah anak bisa dinilai berbakat atau tidak berbakat? Bisa. Tapi lihat dulu:
      apa anak sudah pernah mendapatkan pengalaman dalam bidang seni tersebut? Kalau belum pernah, kita tidak tahu anak berbakat atau tidak
      Apakah anak menunjukkan progress yg baik setelah mulai latihan atau belajar secara intensif?
      Apakah anak menunjukkan minat dan sungguh2 mau mempelajari kesenian tersebut?Pertanyaan2 tersebut, relatif sulit dijawab bila anak masih berusia 2-4 tahun. Anak masih bisa diekspos ke berbagai kegiatan, dan mungkin memang belum ketemu kegiatan seni yg benar diminatinya. Jadi lebih baik terus amati saja dulu perkembangannya, dan apresiasi anak utk setiap karya yg dia buat :)
    3. assalamualaikum,mbak mau nanya,kalau usia 2 tahun tapi belum mau dan belum bisa menggambar sesuai tahap perkembangannya bagaimanakah penanganannya selain terus di berikan stimulasi,apakah bisa menghambat perkembangan lainnya? Widi NUr, Depok, RMA1
      Jawab:
      Wah, 2 tahun sih masih freestyle banget bun.. Bentuk gambarnya masih coretan2 sesuka hati. Stimulasi yg diberikan, targetnya merangsang otot2 lengan dan kekuatan genggaman anak.
      Kalau anak terlihat tidak mau menggambar, mungkin ada kendala saat pegang alat gambarnya? Untuk anak2 yg lebih kecil,biasanya krayon dan finger painting lebih nyaman. Kalau spidol dan pensil warna kan diameternya lebih kecil. Media yang dipakai juga tidak harus kertas gambar (A3/A4/A5). Malah lebih seru kalau pakai kertas ukuran lebar, misalnya kertas buram (yg biasa dipakai utk flipchart), kertas samson (yg kecoklatan), atau karton manila, ditempel di dinding atau dibentangkan di lantai. Dengan begitu, gerakan lengan atas dan bahu lebih lebar, dibandingkan kalau hanya menggambar di kertas ukuran kecil yang lebih cepat membuat lengan anak capek. Anak juga bisa menggambar pakai potongan kayu atau jari di bak pasir, menggambar di jendela yg berembun, dan di macam2 media lain.
      Udah dijawab semua ya. Mudah2an bermanfaat.

    Ide Spot Khusus Menggambar

    Mb Puti: Tambahan ide, bs juga kertas besar yang ditempel di tembok, jd anak bebas gambar sambil berdiri. Dulu teman saya nerapin spot gambar di tembok, jd anak2 nya kalo nyoret2 d sana dan seperti udah tau kalo itu spot gambar, kalo udah penuh tinggal ganti, jadi tembok bagian lain aman.

    Mb Kiki: Iyaaa bagus banget itu ide spot khusus menggambar. Ada juga yg dindingnya langsung dicat hitam kayak papan tulis. Gambar2nya pakai kapur. Kalau penuh bisa dihapus. Kalau di dinding bagian itu terserah mau coret2 apapun.

    Mb Fauziyyah: Iya setuju sama spot khusus, Alta sudah disounding kalo mau nyoret" harus di tembok kamar yg sudah disediakan agar ia jg tahu ada batasan yg harus dipatuhi dibalik kebebasan yg diberi..
    Tp sampe saat ini, anaknya Alhamdulillah masih doyan nyoret di kertas dan ngelukis di tangannya

    Semoga bermanfaat 

  2. 0 komentar:

    Posting Komentar