Anggota Grup Whatsapp Rumah Main Anak 1
Kini, saat usianya 2 tahun, Kenzie selalu berusaha menyikat giginya sendiri. Oleh sebab saya merasa ‘khawatir’ belum bersih, maka saya mencoba mengajaknya bermain simulasi sikat gigi kembali seperti berikut ini. Saya menyiapkan sebuah gambar mulut lengkap dengan gigi dan lidahnya. Gambar tersebut kemudian saya masukkan ke dalam sebuah plastik bening besar. Pada gigi tersebut, saya siapkan ‘pasta gigi’ (saat simulasi saya memakai handbody, bukan pasta gigi sungguhan). Peran abang Kenzie ialah menyikat gambar tersebut.
Dari simulasi ini, saya berharap Kenzie dapat memahami bagian-bagian dalam mulutnya yang perlu disikat, yaitu keseluruhan gigi dan juga lidah. Kenzie juga belajar bahwasanya menyikat gigi yang benar ialah dengan menggerak-gerakkan sikat gigi ke arah atas-bawah, bukan dengan menggosoknya ke samping berulang-ulang J Kenzie juga saya kenalkan pada bentuk-bentuk gigi beserta fungsinya. Misalnya, gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk merobek makanan, sedangkan gigi geraham untuk mengunyah makanan. Jumlah gigi Kenzie saat ini (di usia 26 bulan) sudah 18 buah.
Selain praktik menyikat gigi, saya juga membuatkan wayang gigi dan sikat gigi untuk Kenzie (terinspirasi dari Mba Stella Sutjiadi). Wayang-wayang ini berupa wayang gigi geraham, wayang gigi seri, wayang gigi taring, wayang gigi yang menangis karena sakit, juga wayang sikat gigi. Wayang ini saya gambar sendiri di atas kardus susu dan diwarnai, lalu direkatkan dengan double tape ke atas stick es krim yang panjang.
Bunda, kapankah pertama kalinya Bunda mengenalkan sikat gigi pada si kecil? Apakah si kecil menyukai kegiatan menyikat gigi? Bagaimana reaksinya, Bunda..apakah si kecil ingin menyikat giginya sendiri? Ataukah ia menutup mulutnya rapat-rapat saat Bunda memasukkan sikat gigi ke dalam mulutnya? Hihi, lucu tentunya ya Bunda ekspresi si kecil yang sedang belajar menyikat gigi.
Saat anak saya berusia sembilan bulan, giginya baru muncul. Pertama-tama, saya mengenalkan sikat gigi jari kepada anak saya. Ia menyukainya. Kenzie saya ajari berkumur-kumur dengan air matang tentunya, sehingga aman jika tertelan. Saat usia satu tahun, lanjut saya kenalkan dengan sikat gigi berbahan karet. Ia pun menyukainya, hanya saja sikat gigi tersebut seringkali hanya digigit-gigit/dihisap. Untuk itulah, saya mengajaknya bermain simulasi sikat gigi agar ia belajar praktik menyikat gigi.
Saat itu, Kenzie saya buatkan sebuah boneka peraga. Dibuat dari kardus bekas makanan yang dibelah dua belakangnya sehingga dapat dibuka-tutup menyerupai mulut. Kardus tersebut kemudian saya bungkus dengan menggunakan kertas karton, dan dihiasi dengan kertas origami serta google eyes sehingga menyerupai karakter hewan tertentu. Bagian yang ditekankan ialah ‘mulut’. Setelah selesai, saya menyiapkan sebuah sikat gigi dan mengajak Kenzie bermain peran dengan boneka peraga tesebut. Tujuan kegiatan ini ialah agar si kecil dapat memahami bahwasanya agar giginya bersih ia harus membuka mulutnya saat disikat. Kenzie belajar bahwasanya jika mulut boneka tertutup maka giginya tidak bisa disikat, sedangkan jika giginya terbuka maka giginya dapat disikat.
Finally, setelah kegiatan ini kami coba berulang-ulang, Kenzie senang sekali membuka mulutnya saat sikat gigi, juga tidak lagi menggigit-giti/menghisap sikat giginya.
Saat anak saya berusia sembilan bulan, giginya baru muncul. Pertama-tama, saya mengenalkan sikat gigi jari kepada anak saya. Ia menyukainya. Kenzie saya ajari berkumur-kumur dengan air matang tentunya, sehingga aman jika tertelan. Saat usia satu tahun, lanjut saya kenalkan dengan sikat gigi berbahan karet. Ia pun menyukainya, hanya saja sikat gigi tersebut seringkali hanya digigit-gigit/dihisap. Untuk itulah, saya mengajaknya bermain simulasi sikat gigi agar ia belajar praktik menyikat gigi.
Saat itu, Kenzie saya buatkan sebuah boneka peraga. Dibuat dari kardus bekas makanan yang dibelah dua belakangnya sehingga dapat dibuka-tutup menyerupai mulut. Kardus tersebut kemudian saya bungkus dengan menggunakan kertas karton, dan dihiasi dengan kertas origami serta google eyes sehingga menyerupai karakter hewan tertentu. Bagian yang ditekankan ialah ‘mulut’. Setelah selesai, saya menyiapkan sebuah sikat gigi dan mengajak Kenzie bermain peran dengan boneka peraga tesebut. Tujuan kegiatan ini ialah agar si kecil dapat memahami bahwasanya agar giginya bersih ia harus membuka mulutnya saat disikat. Kenzie belajar bahwasanya jika mulut boneka tertutup maka giginya tidak bisa disikat, sedangkan jika giginya terbuka maka giginya dapat disikat.
Finally, setelah kegiatan ini kami coba berulang-ulang, Kenzie senang sekali membuka mulutnya saat sikat gigi, juga tidak lagi menggigit-giti/menghisap sikat giginya.
Kenzie sedang simulasi menyikat gigi |
Alat Peraga Mulut dan Wayang Gigi |
Kenzie belajar cara menyikat gigi |
Kenzie sedang bermain wayang gigi |
Wayang-wayang ini digunakan untuk bahan
story telling. Saya bercerita kepada
Kenzie, bahwasanya kita wajib sikat gigi, minimal 2x sehari, yaitu sehabis
makan dan sebelum tidur. Saya juga menceritakan makanan apa saja yang dapat
membuat gigi menjadi mudah ‘rusak’ jika dikonsumsi secara berlebihan terlebih
jika tidak sikat gigi. Melalui wayang gigi yang sedang sakit, saya mengisahkan
bahwasanya jika gigi tidak dirawat dengan baik, jarang disikat, dan sering
makan makanan yang manis, maka gigi kita bisa sakit dan ‘menangis’. Alhamdulillah, melalui story telling ini Kenzie dapat memahami
latar belakang ia harus rajin menyikat giginya dan semakin bersemangat merawat
giginya.
Demikianlah kegiatan simulasi sikat
gigi Kenzie. Semoga kegiatan simulasi Kenzie ini dapat bermanfaat yaaa,
terutama bagi ibu-ibu yang ‘bingung’ karena si kecil senantiasa menutup
mulutnya saat sikat gigi J
Salam sayang,
Julia Sarah
mba....saya tertarik dengan ide2nya mba...
boleh saya gabung group ya mba?