Resume Materi Grup WhatsApp Rumah Main Anak
Jumat, 12 Juni 2015
Pemateri : Juditha Elfaj
Pemandu Diskusi : Tri Ratna Sari
Perkembangan Anak Usia 4-6 tahun (1/6)
Pendahuluan
Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan individu yang
sedang belajar menguasai tingkatan lebih tinggi dari bberapa aspek, spt
gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi dengan lingkungannya. Ia sedang
mengalami perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana
menjadi kompleks, dan dari ketergantungan menjadi lebih mandiri. Perkembangan
ini tentunya ditujukan pada perubahan yang sistematik, progresif, dan
berkesinambungan.
Adalah hal yang penting bagi kita sbg orangtua utk memahami
perkembangan anak usia ini, agar dapat membantu proses pembelajaran anak serta
memberikan perlakuan yang tepat kepadanya.
Karakteristik
Menurut Montessori (Hurlock, 1978), anak pada usia 3-6 tahun
berada pada masa sensitif, dimana suatu fungsi perlu dirangsang dan diarahkan
agar tidak terhambat perkembangannya. Misal, fungsi kemampuan bicara. Jika pd
periode ini tdk dirangsang (distimulasi, dilatih, dll), maka anak akan
mengalami kesulitan di masa berikutnya. Selain itu, pd masa ini anak jg
sensitif thdp keteraturan lingkungan, eksplorasi lingkungan thdp objek kecil
dan detail, serta sensitif thdp lingkungan sosial.
Erikson (Helms & Turner, 1994) memandang pribadi usia
4-6 thn sebagai fase sense of invitiative. Pd periode ini anak hrs didorong
mengembangkan inisiatif atau prakarsa. Jika ia tdk mendapat hambatan dr
lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan prakarsa dan daya kreasinya,
sehingga ia mampu tumbuh dengan percaya diri dan mandiri. Namun, jika ia
terlalu sering mendapat larangan dan teguran, anak dapat diliputi perasaan guilty
atau bersalah. Oleh krn itu, kepercayaan, kasih sayang, dan komunikasi yang
baik dapat mendukung keberhasilan kita mendapingi perkembangannya pada masa
ini.
Menurut pakar pendidikan Islam Asy Syantut (1994), selepas
usia 4 tahun anak mulai mengenal dan meniru orang-orang di sekitarnya selain
orangtuanya. Oleh karena itu, selain menyediakan lingkungan yang baik,
kebiasaan-kebiasaan baik dari orangtua yang membentuk perilaku yang kuat pada
anak harus sudah disiapkan pada masa sebelumnya.
Ciri Perkembangan Usia 4-6 tahun
- mulai mampu memnuhi kebutuhan fisik scr sederhana
- mulai mengenal kehidupan sosial : berkawan, mengikuti aturan, dll
- masih memerlukan perlindungan org lain
- mampu meniru kesibukan orang dewasa lewat permainan
- mulai tumbuh dorongan mengeksploitasi lingkungan, ditandai dengan sering bertanya utk mengumpulkan informasi
Adapun perkembangan anak usia 4-6 tahun di berbagai aspek
(motorik, kognitif, bahasa, dll) akan dibahas pada tulisan berikutnya.
Semoga bermanfaat.
Terima kasih.
Juditha Elfaj
Tanya Jawab :
- Apakah anak sdh boleh diperkenalkan sistem reward and
punishment pada usia 4-6 tahun? Bagaimana cara yg baik dan tepat dalam
memberikan teguran/larangan agar anak tdk merasa guilty atw bersalah? Meirna, Depok
Jawaban:
Terima kasih mba Mierna di Depok.Reward n punishment adalah kaidah mendasar yang sejalan dengan fitrah manusia. Itulah sebabnya Allah menciptakan surga dan neraka sebagai tempat akhir pertanggungjawaban amal manusia. Namun, bagi anak-anak usia TK (4-6 tahun), menurut Piaget dalam teori perkembangan anak, mereka berada dalam tahap Pra-Operasional Kongkrit, artinya mereka berada di dalam fase yang belum bisa membayangkan sesuatu yang tidak nyata, juga masih belum bisa memahami sudut pandang orang lain terhadap sesuatu. Oleh krn itu, kita perlu cerdas dan kreatif menanamkan value atau nilai-nilai atas konsekuensi kebaikan dan keburukan yang dia lakukan pada masa ini.
Anak usia 4-6 tahun mulai memahami kehidupan sosial termasuk mengikuti aturan, hak dan tanggung jawab, dsb. Setiap momen kebaikan yang dilakukan anak perlu sekali kita apresiasi dengan sesuatu yang dia suka utk memberikan empowerment dan motivasi baginya untuk menyukai kebaikan dan berlaku lebih baik lagi. Sedangkan, punishment (sy lbh menyukai dg istilah konsekuensi kesalahan) adalah sangsi atas kesalahan atau keburukan yang dilakukan agar anak enggan mengulangi hal yang serupa.
Agar kaidah ini berjalan sesuai yang kita harapkan (termasuk tidak membuatnya tersalah dan kecil hati), sebaik kita sepakati dulu yuk hal-hal berikut ini.
☆ Pastikan kita mengetahui betul hal apa saja yang anak sukai dan tidak anak sukai. Agar bentuk reward dan punishmen kita tepat sasaran.
☆ reward diberikan atas USAHA anak berbuat baik, apapun hasilnya.
☆ diberikan pada saat yang tepat. ndari memberikan punishment saat kita marah.
☆ reward tdk mesti berupa materi, tp bs jg berupa pelukan, kecupan, tos, dll. Jikapun ingin memberi hadiah berupa benda, hendaknya diberikan pada momen berharga seperti lulus iqra, khatam Al Qur'an, berhasil puasa, dsb. Hadiah yg diberikan jg hrs berupa sesuatu yg memang anak sdg butuhkan. Misal, sepatu krn yg lama sdh kekecilan, tas baru krn sebentar lg pertama kali masuk sekolah, dll sehingga jg tdk membebani ekonomi orangtua.
☆ Tidak menggunakan kata "hukuman" bagi kesalahan anak. Tapi memberi pengertian pada anak baihwa setiap perbuatan akan menimbulkan konsekuensi atau efek bagi anak. Misal, ketika anak tidak mau membereskan kembali mainannya, maka hari itu ia tidak boleh main sepeda. Jika tidak menghabiskan makannya, maka no gudget hr itu.
☆ Punishment harus memenuhi beberapa syarat, antara lain: tidak boleh sama sekali merendahkan harga diri anak, tidak memberi hukuman fisik sama sekali (spt memukul, menjewer atau mencubit), tidak menggunakan kata2 ancaman (seperti awas!!). Rasa sakit yang dirasakan anak akibat hukuman fisik mungkin akan hilang hanya dalam hitungan menit atau hari, tetapi rasa sakit di kalbunya akan terbawa sampai ia dewasa kelak dan dapat mempengaruhi pembentukan karakter pribadinya. Anak baru bs mengikuti perintah dengan baik di atas usia 6 thn. Itulah sebabnya perintah badah sholat pun baru diberikan pada usia 7 thn. Dan hukuman fisik (yang tidak menyakitkan) baru bisa diberikan pada usia 10 tahum itupun untuk hal yang sangat krusial seperti sholat fardhu bagi muslim.
☆ setiap reward maupun punishment harus disertai transfer value atau hikmah atau nilai-nilai yang ingin kita tanam pada anak. Misal, ibu hadiahkan kamu meja lipat agar kamu lebih rajin belajar. Atau, senang ga td ayah ajak kamu ke kebun binatang lihat gajah? Ayah pengen deh kamu semakin semangat menyelesaikan hafalan surah Al Fil atau gajah seperti yang kita lihat tadi.
☆ biasakan mengevaluasi aktivitas seharian setiap sebelum tidur. Pd saat itu kita sampaikan alasan dan harapan atas reward n punishment yg anak dapatkan hari itu.
Wah, panjang ya? Semoga menjawab dan bermanfaat ya. - Latihan apa saja yg dpt dilakukan agar menumbuhkan sikap
berani pada anak 4th, karena selama ini anak saya masih takut klo ada
kucing atau ayam mendekatinya. Sari, Tegal
Jawab:
Terima kasih mb Sari di Tegal. Rasa takut adalah hal yg wajar. Jangankan anak kecil, kita saja yang sdh dewasa masih suka takut2. Sy sendiri masih takut dengan kecoa dan tokek :p
Menyikapi hal ini jg sebaiknya sewajarnya saja. Tidak meremehkan dan tidak jg berlebihan. Bbrp hal yg perlu diperhatikan antara lain:
☆ Jangan memaksa anak utk segera mengatasi rasa takutnya, krn bs jd butuh wkt yg tdk sebentar.
☆ Tenangkan dan kuatkan diri anak. Jangan cemoohkan atau merendahkan anak krn rasa takutnya itu
☆ Kenalkan anak pd keunikan dr sesuatu yg dia takuti (dlm hal ini ayam dan kucing). Misalnya ayam/kucing itu ciptaan Allah jg, tdk berbahaya, pny manfaat, dsb
☆ latih dia berinteraksi dg hal dia takuti scr perlahan dan sewajarnya
☆ evaluasi kembali sikap kita ketika menghadapi sesuatu yg kita takutkan di rumah. Misal, ibunya takut kecoa dan jerit2 kalau lihat kecoa. Bisa jd anak meniru kita juga kalau lagi takut spt itu. - Ibu Judith,
Sbnrnya pada usia brp kah anak harusnya sdh lulus toilet training? Dalam artian
sdh bs menahan tdk ngompol lg pada siang ataupun malam hari? Zahra (27bln),
anak sy sndri pada dasarnya sdh latihan dan berhasil toilet trainingnya di
siang hari mskpn kdg msh blm bs mengendalikan tiba2 msh suka ngompol.. Terima kasih sebelumnya Evita - Surabaya
Jawab:
Terima kasih mb Evita di Surabaya. Zahra hebat ya.. Sudah berapa lama berlatihnya? Beragam ya wkt yang dibutuhkan utk toilet training. Ada yg seminggu, sebulan, bahkan beberapa bulan. Tergantung kesiapan si anak. Yg penting ibunya sabar :)
Sebenarnya tidak ada patokan usia kapan anak berhasil lulus toilet training. Krn hal ini lagi-lagi sgt bergantung kesiapan si anak. Umumnya balita mampu mengontrol otot2 kantung kemihnya usia 18 bln ke atas. Tapi kesiapan emosi, fisik, dan psikologisnya umumnya baru bisa pd usia 2-3 tahun. Kesiapan di sini dalam arti anak sudah mengetahui tanda2 mau BAB/BAK, mampu mengutarakannya pd orang lain, bisa membuka dan memakai celananya sendiri, dll. Bbrp hal yg perlu diperhatikan pd proses toilet training ini antara lain :
☆ Tandai jam biologis anak : kapan biasanya dia BAB, tiap brp jam BAK, kapan minum (susu), waktu tidur, dll
☆ Atur jadwal ke toilet dan sosialisasikan pada penghuni rumah lainnya. Misal, BAB setiap jam 9 pagi dan BAK setiap 2 jam sekali. Berusahalah konsisten dengan jadwal tersebut.
☆ Biarkan anak terlepas dari diaper dan sesekali merasakan ketidaknyamanan krn ngompol, sehingga dia belajar utk tdk mau merasakannya lg
☆ Hindari aktivitas fisik berlebihan dan minum banyak menjelang bobo
☆ Hindari melakukan toilet training saat/akan terjadi perubahan spt pindah rumah, ganti pengasuh, sakit, punya adik baru, dll
☆Beri pujian atas keberhasilannya mengikuti tahap demi tahap training ini
☆ Kondisikan aktivitas toilet training ini menarik dengan hiasan di kamar mandi, potty yg lucu, celana dalam yg bagus, dll
☆ Kuatkan diri anak, jangan jadikan aktivitas ke toilet menjadi beban baginya. Hindari marah2 ketika anak melakukan kesalahan.
Biasanya anak perempuan lbh cepat lulus krn selalu didampingi ibunya (sama2 perempuan). Semangat terus ya Zahra
0 komentar:
Posting Komentar