Rabu, 19 Agustus 2015
Pemateri: Chairunnisa Rizkiah, S.Psi
Pemandu Diskusi: Pramitha Sari,S.Gz, Dietisien,M.H.Kes
Materi kali ini akan berhubungan erat dengan materi perkembangan kognitif dan psikososial anak usia 2-4 tahun. Jadi coba diingat-ingat, bagaimana kemampuan berpikir anak usia 2-4 tahun, abstrak atau konkret? Sejauh apa pemahaman bahasa anak usia 2-4 tahun? Seberapa jauh kemampuan mereka mengenali kondisi diri sendiri dan orang lain? Apa mereka sudah bisa mengimitasi perilaku orang lain? Apa mereka sudah bisa menilai "baik" dan "buruk"? Sambil baca materi ini, bisa direview lagi ya materi-materi sebelumnya :)
Teori perkembangan moral yang paling dikenal adalah teori dari Kohlberg (1969), walaupun ada juga evaluasi terhadap teori ini. Menurut Kohlberg, kemampuan penalaran moral anak-anak yang masih kecil (< 10 tahun) sifatnya masih prekonvensional. Artinya, anak menganggap suatu perbuatan "baik" kalau dia mendapatkan reward dari perbuatan tersebut, dan sebaliknya menganggap suatu perbuatan "buruk" kalau dia dihukum karena perbuatan tersebut. Misalnya, merebut barang milik orang lain itu buruk, kan kalau anak melakukannya dia akan dimarahi. Kemampuan anak untuk memahami, atau mengasosiasikan reward dan punishment dengan ‘baik' dan ‘buruk' itulah kemampuan penalaran moral anak usia dini.
Nah, ternyata, "paham" standard moral di lingkungan belum tentu membuat anak "mempraktikkan" perbuatan yang sesuai dengan standard moral tersebut. Kalau ditanya, "Boleh ga pukul orang?" jawabannya "Ga boleeeeh", tapi sekian menit kemudian ada suara anak lain yang nangis kena pukul #pengalamannyata ^^" Ternyata juga, dalam mengajarkan kebiasaan baik kepada anak usia dini, yang paling penting adalah sinkronnya perkataan/instruksi/larangan dengan contoh yang diberikan. Misalkan, anak disuruh sholat sedangkan orangtuanya sendiri tidak mau sholat. Tidak sinkron kan? Walaupun orangtuanya menjelaskan bahwa sholat itu wajib, sholat itu artinya mendekatkan diri kepada Allah, tapi di pikiran anak ada yang tidak "klop": kalau begitu kenapa mama/papa tidak sholat juga? Sebaliknya, kalau anak biasa lihat orangtua berbagi makanan dengan tetangga, mengunjungi orang sakit, bilang "terima kasih, "maaf", dan "permisi", anak akan lebih mudah memahami konsep "peduli pada orang lain itu perbuatan yang baik". Saya sendiri juga saat akan mulai pakai jilbab, mendapat contoh paling sinkron dari ibu saya sendiri. Jadi orangtua memang perlu (terus belajar) menjadi role model yang baik untuk perkembangan moral dan agama anak ya…
Lalu bagaimana dengan perkembangan agama anak usia 2-4 tahun? Mungkin lebih pas kalau saya sebut perkembangan pemahaman dan praktik ajaran agama ya. Sebelumnya, apa itu agama? ?Ritual? Belajar bahasa Arab? Mengikuti kebiasaan nenek moyang? Tentu bukan, kan? Sejalan dengan penalaran moral yang membuat ana k jadi memahami bahwa ada "standard perilaku" dan ada tuntunan untuk melakukan perbuatan yang "baik", agama juga (sejauh yang saya pahami) pada hakikatnya adalah pedoman serta tuntutan untuk menjalani hidup dengan "baik". Baik di sini, tentunya baik sesuai kaidah agama. Jadi penanaman ajaran agama pada anak, tentunya dimulai dengan contoh dari orang dewasa di dekat anak, bagaimana sih hidup yang baik menurut ajaran agama. Saya akan bahas dengan contoh agama Islam ya, karena saya kurang ilmu di agama lain, hehe…
Untuk topik perkembangan pemahaman agama ini, saya banyak belajar dari tim guru agama di sekolah tempat saya mengajar dulu. Anak-anak usia 2 tahun, biasanya masih lebih banyak mengimitasi kebiasaan orang dewasa di sekitarnya. Misalnya, mengikuti gerakan sholat dan wudhu, pura-pura baca Qur'an, mengikuti gerakan berdoa (tangan ditengadahkan) sebelum melakukan kegiatan, dan mau dipakaikan jilbab. Rasa penasaran dan minat anak untuk meniru perilaku orangtua yang baik, tentunya bisa menjadi awal yang baik. Selanjutnya, saat melihat anak tertarik, orangtua bisa menjelaskan dengan kata-kata yang sederhana, apa nama kegiatan yang dilakukan ("tadi bunda sedang sholat. Sholat itu ada gerakannya, kayak tadi.").
Di usia 3-4 tahun, kemampuan memahami bahasa dan berkomunikasi dua arah semakin berkembang. Di usia ini, anak sudah mulai bisa diajak berpikir tentang konsep paling mendasar dalam Islam, tauhid. Pertanyaan "siapa yang menciptakan kita?" sudah bisa mulai dibahas. Saya juga takjub waktu pertama kali membahas ini dengan murid-murid. Dari pertanyaan itu, anak bisa mulai paham bahwa ada benda-benda yang bisa dibuat oleh manusia/orang, misalnya mobil, rumah, dan mainan. Bisa diperlihatkan video proses pembuatan mobil, misalnya. Namun benda-benda (makhluk) seperti manusia, hewan, tumbuhan, bintang, bulan, gunung, dan lain sebagainya tidak bisa dibuat oleh manusia. "Siapa ya yang bisa bikin bulan? Orang bisa gak bikin bulan?" Dari pertanyaan-pertanyaan itu, anak mulai dikenalkan dengan Allah sebagai Pencipta alam semesta. Bahkan ada lagunya nih:
Dari pertanyaan tentang sifat Maha Pencipta-nya Allah, anak bisa mulai dikenalkan dengan sifat-sifat lain dari Allah. Misalnya, Ar Rahmaan (Maha Pemurah). "Kita diciptakan Allah, punya mata, telinga, mulut, hidung, tangan, punya apa lagi ya? Allah baik sekali ya. Kalau ada yang baik sama kita, apa yang harus kita lakukan? Bilang terima kasih ya….Kalau mau bilang terima kasih ke Allah, kita bilang Alhamdulillah." Lalu anak juga bisa diperkenalkan bagaimana cara bersyukur dengan perbuatan. "Kan sudah dikasih Allah tangan yang sehat, dipakai untuk apa? Untuk memukul, melempar mainan, atau untuk membantu bunda bereskan mainan?" Bisa juga dilengkapi dengan gambar-gambar atau foto anak dan dibuat menjadi poster atau buklet, agar anak lebih mudah mengingatnya. Kembali lagi ke perkembangan kognitif anak usia 2-4 tahun, mereka butuh banyak contoh konkret, terutama untuk menjelaskan konsep-konsep yang biasanya abstrak ini.
Untuk topik perkembangan pemahaman agama ini, saya banyak belajar dari tim guru agama di sekolah tempat saya mengajar dulu. Anak-anak usia 2 tahun, biasanya masih lebih banyak mengimitasi kebiasaan orang dewasa di sekitarnya. Misalnya, mengikuti gerakan sholat dan wudhu, pura-pura baca Qur'an, mengikuti gerakan berdoa (tangan ditengadahkan) sebelum melakukan kegiatan, dan mau dipakaikan jilbab. Rasa penasaran dan minat anak untuk meniru perilaku orangtua yang baik, tentunya bisa menjadi awal yang baik. Selanjutnya, saat melihat anak tertarik, orangtua bisa menjelaskan dengan kata-kata yang sederhana, apa nama kegiatan yang dilakukan ("tadi bunda sedang sholat. Sholat itu ada gerakannya, kayak tadi.").
Di usia 3-4 tahun, kemampuan memahami bahasa dan berkomunikasi dua arah semakin berkembang. Di usia ini, anak sudah mulai bisa diajak berpikir tentang konsep paling mendasar dalam Islam, tauhid. Pertanyaan "siapa yang menciptakan kita?" sudah bisa mulai dibahas. Saya juga takjub waktu pertama kali membahas ini dengan murid-murid. Dari pertanyaan itu, anak bisa mulai paham bahwa ada benda-benda yang bisa dibuat oleh manusia/orang, misalnya mobil, rumah, dan mainan. Bisa diperlihatkan video proses pembuatan mobil, misalnya. Namun benda-benda (makhluk) seperti manusia, hewan, tumbuhan, bintang, bulan, gunung, dan lain sebagainya tidak bisa dibuat oleh manusia. "Siapa ya yang bisa bikin bulan? Orang bisa gak bikin bulan?" Dari pertanyaan-pertanyaan itu, anak mulai dikenalkan dengan Allah sebagai Pencipta alam semesta. Bahkan ada lagunya nih:
Allah Maha Pencipta, Pencipta alam semesta
Hutan gunung lautan, langit bulan dan bintang
Begitu juga dengan kita, adalah ciptaan Allah
Allah, Allah, laa ilaa ha illallah
(irama lagu "Naik Delman")
Dari pertanyaan tentang sifat Maha Pencipta-nya Allah, anak bisa mulai dikenalkan dengan sifat-sifat lain dari Allah. Misalnya, Ar Rahmaan (Maha Pemurah). "Kita diciptakan Allah, punya mata, telinga, mulut, hidung, tangan, punya apa lagi ya? Allah baik sekali ya. Kalau ada yang baik sama kita, apa yang harus kita lakukan? Bilang terima kasih ya….Kalau mau bilang terima kasih ke Allah, kita bilang Alhamdulillah." Lalu anak juga bisa diperkenalkan bagaimana cara bersyukur dengan perbuatan. "Kan sudah dikasih Allah tangan yang sehat, dipakai untuk apa? Untuk memukul, melempar mainan, atau untuk membantu bunda bereskan mainan?" Bisa juga dilengkapi dengan gambar-gambar atau foto anak dan dibuat menjadi poster atau buklet, agar anak lebih mudah mengingatnya. Kembali lagi ke perkembangan kognitif anak usia 2-4 tahun, mereka butuh banyak contoh konkret, terutama untuk menjelaskan konsep-konsep yang biasanya abstrak ini.
Topik ini juga bisa berlanjut ke pembahasan lain, seperti mengapa kita perlu sholat? Mengapa kita membaca Al Qur'an? Memang perlu untuk menyampaikan bahwa sholat memang wajib bagi seorang muslim, tapi jika dikaitkan dengan sifat Allah sebagai Zat yang Maha Pencipta, Maha Pemurah, dan Maha Penyayang, anak akan mendapat pemahaman yang lebih kaya daripada sekedar "kewajiban". Begitu juga dengan membaca Al Qur'an, karena kita ingin tahu apa yang Allah perintahkan, karena membaca al Qur'an itu disukai Allah dan mendapat pahala. Jadi belajar huruf hijaiyyah pun tujuannya supaya nantinya bisa membaca Al Qur'an. Ternyata, asma-ul husna (nama-nama yang baik) yang dimiliki Allah bisa diajarkan dengan contoh konkret. Lebih baik bila pembahasannya dihubungkan dengan kehidupan anak sendiri, seperti yang saya contohkan tadi. Bercerita tentang kisah hidup para rasul dan sahabat-sahabat Rasulullah juga bisa menjadi sarana yang baik untuk memberi gambaran tentang contoh sosok yang "baik" menurut ajaran Islam.
Tentang metode belajar huruf hijaiyyahnya seperti apa, bagaimana supaya anak mau mengikuti ritual-ritual agama seperti sholat dan berdoa, saya pikir lebih baik kita bahas dalam diskusi saja. Kemarin juga sudah banyak yang sharing tentang tips dan triknya. Dalam materi ini, saya lebih ingin menekankan bahwa dalam mengajak anak usia dini untuk memahami ajaran agama mereka, bisa dikatakan esensinya adalah tentang pertanyaan "mengapa" dan "untuk apa". Anak usia 4 tahun bisa meniru gerakan sholat dengan sempurna karena perkembangan fisik dan motoriknya sudah memadai, namun peran orangtua yang tidak kalah penting adalah untuk menanamkan pemahaman kepada anak, untuk apa dia perlu sholat.
Demikian penyampaian materi dari saya. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi bahan diskusi yang seru juga
Sesi tanya jawab :
Tentang metode belajar huruf hijaiyyahnya seperti apa, bagaimana supaya anak mau mengikuti ritual-ritual agama seperti sholat dan berdoa, saya pikir lebih baik kita bahas dalam diskusi saja. Kemarin juga sudah banyak yang sharing tentang tips dan triknya. Dalam materi ini, saya lebih ingin menekankan bahwa dalam mengajak anak usia dini untuk memahami ajaran agama mereka, bisa dikatakan esensinya adalah tentang pertanyaan "mengapa" dan "untuk apa". Anak usia 4 tahun bisa meniru gerakan sholat dengan sempurna karena perkembangan fisik dan motoriknya sudah memadai, namun peran orangtua yang tidak kalah penting adalah untuk menanamkan pemahaman kepada anak, untuk apa dia perlu sholat.
Demikian penyampaian materi dari saya. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi bahan diskusi yang seru juga
Sesi tanya jawab :
- Ikrimah , 11mo, Alam sutera, kondisi : working mom, bisa bawa anak dan pengasuh ke kantor, LDR dengan suami. Masalah : bagaimana mengajarkan norma2 agama kepada anak? time management yang tepat utk quality time mengenalkan norma islam sejak dini. Kebiasaan saat ini : sholat mengajak baby feeq. saya benar2 "merasa bersalah" jika saya tidak dapat memberikan nilai 2 islami..krn diluar sana kedzhaliman semakin mengintai generasi anak2 kita. Pernah terbesit saya melepas karir saya.. Tetapi saya masih punya kewajiban "berhutang budi" terhadap perusahaan..karena ketika S2 seluruh biaya riset dibiayai oleh perusahaan tmpat saya bekerja ini. Mohon maaf jika saya terlalu panjang lebar..saya benar2 bingung. Semoga Allah membalas semua kebaikan bunda..
Jawaban :
Utk urusan membagi waktu antara kerja dan keluarga, saya juga banyak belajar kok dari bunda-bunda di sini :) Ada working moms di sini yg mau sharing tips mengatur quality time utk anak? Ayo ayooo...Stay-at-home moms juga pasti urusannya macam-macam ya, sama2 perlu atur waktu utk mendampingi anak. Misalnya : 1. Membiasakan perkataan2 yg baik ke anak. Contohnya, mengucap salam, sebelum kegiatan ajak anak berdoa, minimal melafazkan basmalah. Saat bersin, ucapkan hamdalah, membiasakan ucapan2 dzikir di keseharian
2. Saat makan, kalau sudah mulai ambil makanan fingerfood sendiri, bisa dibiasakan ambil dgn tangan kanan
3. Ajak anak saat membaca al Qur'an. Atau sambil anak punya waktu bermain bebas, bunda di dekatnya membaca al Qur'an
4. Sediakan waktu, 10-15 menit aja juga cukup, utk bacakan cerita2 islami. Apalagi sekarang sudah banyak buku2 cerita islami utk anak2 yg gambarnya menarik dan bahasanya sederhana ya...
5. Membiasakan anak utk berpakaian yg sopan di luar rumah, apalagi kalau anak dibawa ke kantor. Saya ga tahu baby feeqa biasanya pakai jilbab atau tidak kalau pergi ke luar, tapi minimal pakaiannya tidak minim seperti dress tanpa lengan (sleeveless) atau celana yg sangat pendek
Oiya, kalau kata teman2 dan kolega saya yang sudah jadi ibu2, ibu itu manusia biasa juga, bukan wonder woman ? ART-nya bisa diajak partneran bun, kan beliau "tangan kanan"nya bunda dalam mengasuh anak. Apalagi sekarang tinggal terpisah dari suami. Kalau ibu dan ART sinkron dalam perilaku, anak juga lebih cepat terbiasa. Mudah2an ARTnya mau ya diajari utk ngasih contoh yg baik ke anakTerus, maaf agak OOT. ini keyakinan saya pribadi sih. Kalau di salah satu hadits kan disebutkan, orang yg paling baik adalah yg paling banyak manfaatnya utk orang lain. Di manapun aktivitasnya, asal halal dan thoyyib. Saya ga punya wewenang lah utk bilang lebih baik kerja atau lebih baik di rumah aja. Kondisi orang kan beda2. Tapi setahu saya, wanita-wanita yg jadi ibu akan lebiiiih bahagia dan lebih tenang kalau ga menjadikan rasa bersalah sebagai alasan utk mengasuh anak. "Aduh, ngerasa bersalah banget, anakku jadi ketinggalan di sekolah karena aku kerja ya", "Jangan2 anakku ga nurut karena aku ga bisa jadi ibu yg baik ya", "Aduh, gara2 aku pulang malem ya jadi anakku ga ada temen main." Ada penelitian ttg kondisi emosional ibu2 yg punya anak berkebutuhan khusus (autisme dan keterbelakangan mental). Ternyata ibu2 yg merasa bersalah dan menganggap kondisi anaknya itu gara2 dirinya, lebih stres dan susah menjalin hubungan yg positif dgn anak. Kenapa? Karena setiap melihat anak, rasanya bersalah, menyesal, menyalahkan diri sendiri. Gimana bisa mengajak anak berkembang kalau ibunya juga punya pandangan negatif? ?So, ibu yang kerja, yang harus mengurusi hal2 lain dan lebih dri satu anak di rumah, yang mesti ngasuh anak sambil beres2 rumah karena ga ada ART, yang di rumah tapi ada urusan bisnis, dan lain-lain yg pasti kondisinya unik-unik, please think happy thoughts. Ayo berpikir hal-hal yg positif, berpikir mencari solusi. Kerja jam sekian sampai jam sekian, jam sekian sampai jam sekian bisa nih khusus utk anak. Beres-beres rumah tiap hari, anak bisa diajak ngapain ya biar beres2 sambil ajak anak beraktivitas. Sekali-sekali main di luar rumah seru juga ya. Sekali-sekali anak diajak ke kebun binatang asyik kali ya. Di sini sudah banyak kan ide kegiatan yg bikin kita berpikir "Wah, seru tuh! Bisa dicoba nanti!" #pengalamanpribadibangetSelain itu kalau bermain sama anak, secara alamiah bundanya ikut senang loh ?Saya aja suka memanfaatkan waktu main sama murid2 dan adik utk ketawa dan gerak2纠. Lumayan kan refreshingMbak Ikrimah..sebelumnya maaf jika sebenernya sharing saya ini bukan ttg gimana me-manage waktu antara kerja dan keluarga.krn saya IRT. Saya cuma ingin berbagi saja.bahwa sebelum nikah saya bekerja.kemudian sebulan sebelum nikah saya resign. Tentunya dg pertimbangan yg matang,krn saya harus menanggung tanggungan ortu saya yg tidak sedikit (kl bahasanya mbak Ikrimah "utang budi" kali ya). Gimana susahnya ortu cari uang buat nguliahin saya dll. Tapi saya bismillah aja,n yakin bahwa rejeki dah ada yg ngatur. Sampai skrg saya masih IRT.ada tawaran kerjaan saya selalu tolak krn ga mau n ga tega kl anak dipegang orang lain. Maaf jika melenceng dari topik.ato ga nyambung dg curhatan mbak. Intinya sih mbak..tetapkan prioritas. Jika memang prioritasnya anak, meski resign insyaAllah dimudahkan. Juga ttg "utang budi" (meski saya masih bingung itu utang budi secara moral ato secara materi), saya punya quote "perusahaan gak butuh saya. Saya keluar perusahaan tetep jalan. Saya keluar pasti perusahaan dapet orang lagi buat gantiin. Tapi kalo anak, dia butuh saya (dan saya butuh dia)" Kalo saya liat mbak sebenernya punya celah utk mengenalkan nilai2 islami ke baby.krn mbak cukup leluasa bisa membawa anak ke kantor n bisa sering2 ketemu. Pas di kantor, bisa ngaji bareng ato baca buku cerita ttg Nabi dan sahabat, ato kegiatan lain. NB: Maaf ya buat para working mom lain jika ada yg tidak berkenan.. mohon utk tidak tersinggung.Mungkin saya mencoba sedikit menambahkan. Saya memahami kondisi Ikrimah, krn dialami juga ka2 ipar & teman2 kuliah S2 (sebelum saya nikah). Jika pun Mb tetap bekerja tuk "berhutang budi" sampai lunas, sebenarnya banyak celah juga menerapkan nilai2 agama, selain 2-3 jam saat di kantor, Mb bisa membacakan ayat2 Qur'an/nyanyian tauhid/lainnya saat perjalanan ataupun menjelang tidur dg anak. Tetap semangat ya, Mb. Dg kesibukan Mb, akan merasakan semakin berartinya sebuah waktu.Kebetualan pas buka wa grup, kebetulan pas inget kata-kata ibu saya tempo hari setelah beliau dengerin kajian. "Selama kita tidak sempat mengaji, maka Allah akan senantiasa menyibukkan kita. Sibuk dan terus tambah sibuk. Sampai benar-benar tidak sempat dan tidak ada waktu untuk mengaji." Mungkin kata-kata ini (entah dari hadits atau bukan saya lupa, maaf) bisa jadi motivasi mbak Ikrimah utk tetap semangat mendampingi ananda mengaji (means belajar agama) di sela-sela kesibukan kantor. Kalo mbak Ikrimah masih ingin bertahan di perusahaan, hilangkan kegalauan. Yakin aja kalo bisa menjalani dua2nya. Mgkn mulai sekarang bisa fokus utk nyari2 ide buat beraktivitas sama anak pas di kantor. Dg demikian mbak Ikrimah pas kerja ga ada beban, sama anak juga fun. Di Al-Qur'an sering disebutkan sami'um bashir, mendengar disebutkan lebih dahulu baru melihat. Jangan bosan ya kita memberi asupan gizi islami pendengarnnya lebih banyak saat ini. Usia bayi kita hampir sama, Mb. Justru menariknya, seiring bertambah usia bayi, Mb bisa mengajarkan "real bersosial scr islami" dibanding kami yg IRT. Seperti salam, berpakaian sopan, berakhlaq baik, sedekah, jika melihat yg di bawah kita tidak memandang rendah tp menjadikan kita menjadi hamba yg kian bersyukur, sabar saat macet, dll. Di balik setiap kesulitan ada kemudahan 2x. - Kalau utk anak umur 11-12 bulan, aktivitas keagamaan apa aja ya yg bisa dilakukan bareng anak? Hehe, hari ini sebenernya usia 2-4 tahun tapi pertanyaan bunda ikrimah tadi kayaknya bisa utk umur lain juga ya walaupun anaknya masih 11 m
Jawaban :
Kadang saya juga mikir, bayi di bawah 1 tahun bisa dikasih apa ya? Bicara belum jelas, jalan belum ahli...Tapi kemampuan anak utk menyerap informasi kan sudah ada sejak bayi. Jadi walaupun anak belum bisa berespon dgn kata2, anak bisa banget dipaparkan (diberi exposure) dgn nilai2 kebaikan yg diinginkan orangtua - Yuli, bandung, Ghazi 35 mos, aska 8 mos,
Bagaimana cara menjelaskan sapa Alloh? Bagaimana Alloh? Ada dimana? Sering Ghazi bertanya itu. Di lingkungan banyak sekali kata2 kasar yang dipakai dan Ghazi senang meniru, tiba2 di rumah keluar kata baru tersebut bagaimana cara menghilangkannya? Satu lagi ya, kalo saya sudah menjelaskan berulang2 bahwa tidak boleh meludah sembarangan apalagi ke orang tapi masih tetap dilakukan apakah reward dan punishment boleh diterapkan? Terimakasih
Jawaban :
Tentang siapa Allah, saya sudah bahas di materi ya. Allah itu yang menciptakan kita. Menciptakan itu apa? Membuat kita, dari ga ada jadi ada. Ambil contohnya benda yg anak kenal, misalnya gambar, dari ga ada jadi ada karena ada yg gambar. Allah ada di mana? Di Qur'an udah disebutkan bun, Allah punya tempat sendiri yang khusus, namanya Arsy, di sidratul muntaha. Tempatnya di mana? Kita ga tahu, karena kita ga bisa ngebayanginnya. Tapi ada ceritanya di Al Qur'an, dan Rasulullah pernah ke sana (waktu isra' mi'raj). Jadi bukan "Allah ada di mana-mana" atau "Allah ada di hati kita" ya. Memang yang tanya anak-anak, tapi ternyata kita sebagai orang dewasa perlu belajar dan baca juga ya supaya bisa menjawabnya. Kalau anak mulai meniru kebiasaan dan perkataan yg tidak baik, misalnya meniru kata kasar dan kebiasaan meludah tadi, ayo kita counter attack. Misalnya, ada anak yg meniru kata "bego".Dengar dari siapa? Bego artinya apa? Ternyata oh ternyata, ada anak-anak yg meniru tanpa tahu artinya (saya pernah bahas juga di perkembangan kognitif ya...). Jadi stay cool, pastikan dulu apa yg anak maksud dgn kata itu.Suka ga kalau dibilang bego?Kalau ga suka, artinya bego itu bicara yg baik atau bicara yg buruk sih?Kalau buruk, mendingan kita bilang apa yg baik?Di awal2 mungkin butuh usaha lebih banyak, karena anak juga belum biasa diajak bedialog seperti itu. Tapi insyaAllah worth it :)Kalau utk situasi yg menyangkut orang lain, seperti meludah ke orang lain atau melukai orang lain, tindakan pertama saya biasanya menjauhkan anak dari orang yg kena tadi. Jadi bukan lagi "Eh, jangan dong..." tapi sudah jadi "Jangan." sambil menarik anak menjauh. Kalau memukul, tangannya langsung dipegangi. Kalau meludah, bila perlu mulutnya langsung ditutup. Itu adalah bentuk punishment utk anak, artinya anak dihalangi dari melakukan hal yg diinginkan. Anggap saja tindakan pertama tadi sebagai tindakan emergency ya. Untuk selanjutnya kalau bunda hendak memberi penjelasan ke anak, sebaiknya anak dibawa ke tempat yg bisa utk bicara berdua, misalnya di kamar, pojokan, atau kursi. - Habibah, Gaza 1 thn, Jakarta.
Usia 2-4 thn biasanya mulai timbul pemikiran kritis dari anak2. Jd teringat seorang teman yg kebinggungan ditanya keponakannya ttg konsep dimana ALLAH & surga-neraka. Sy bnt menjelaskannya dg bahasa konkret yg mereka fahami, tp malah jd khawatir mengkerdilkan konsep tsb sebenarnya. Mungkin Mb Ki2 bisa bnt jawab. Terima kasih.
Jawaban :
Mirip ya sama pertanyaan 2 tadi. Iya, utk menjelaskan tentang konsep2 dalam agama, kalau memang belum bisa sampai pemahaman anak ke sana, ga apa-apa juga. Misalnya sifat Allah, Al Akhir. Kan setelah dunia kiamat, yang masih ada hanya Allah. Kalau ke anak usia 3 tahun, menjelaskan tentang kiamat aja bakal panjang karena jauuuh dan ga bisa terbayang. Nanti, kalau sudah lebih besar, anak mulai belajar utk memahami konsep yg lebih abstrak, ga perlu dikasih lihat baru mengerti. Utk anak-anak usia 2-4 tahun, saya dan guru2 agama di sekolah tempat saya mengajar dulu lebih banyak kenalkan sifat-sifat Allah dan kisah2 dalam Al Qur'an yang dekat dengan kehidupan anak. Misalnya Al-'Afuuw (Maha Pemaaf), kisah Nabi Sulaiman yg penyayang binatang, tentang puasa kalau sudah dekat ramadhan, adab makan dan doa sebelum makan, dll.Menjelaskan dgn bahasa yg sederhana dan memberi contoh ga selalu ujungnya jadi mengkerdilkan konsep yg sebenarnya kok. Misalnya saya jelaskan surga itu apa, "Kakak pernah ke kebun bunga? Bagus kan? Ada apa aja? Nah, surga itu tempat yang baguuuus banget. Tapi ms kiki belum pernah lihat juga, kan kita belum bisa lihat surga kalau sekarang. MUNGKIN surga itu kayak kebun bunga yg kakak lihat, tapi lebiiiih bagus. Surga itu buat orang2 yg baik, yg patuh sama perintah Allah, melakukan yg Allah suka. Perintah Allah misalnya apa aja? Apa aja yg Allah suka kalau kita lakuin? (Bisa banyak nih, sholat, puasa, memberi makan orang miskin, nurut sama ortu, rajin belajar, akur sama adik, dll) Kalau kita patuh sama perintah Allah, nanti bisa masuk surga. Tapi nantinya kapan, ga tahu ya...Cuma Allah yg TahuKakak pernah lihat sungai? Di surga ada sungai juga. Tapi sungainya jauh lebih bagus daripada di sini. Malah ada sungai dari susu loh. Nanti yg tinggal di surga itu punya rumah yg bagus2 juga. Pokoknya di surga itu enaaaaak banget. Orang2 yg baik dikasih hadiah sama Allah karena udah patuh sama perintah Allah."Saya masukkan informasi2 dari al Qur'an juga kan ya ?Tapi ga lupa bilang "tapi ga bisa bener2 dibayangin gimana bentuknya" a tau "kita ga ada yg tahu, yg tahu cuma Allah, masih rahasia" utk hal2 yg memang sifatnya ghoib. Kalau khawatir salah kata atau salah menjelaskan konsep, ga ada salahnya kok dipending dulu menjawabnya. "Wah, bunda juga belum tahu. Jawabnya nanti boleh ga? Bunda cari tahu dulu." Baca dulu, cari tahu lebih banyak, lalu mulai coba rangkai kata2 yg kira2 bisa dipahami anak. Mudah2an membantu ya - Sy aisyah dari Semarang, usia anak 2,5th. Slma ini anak sy mngenal "Allaah" adl sholat&adzan.. utk mmprknalkan pd anak bhwa Allaah tu pencipta umi & abi apkh mulainya d usianya yg 3 thn? Klo d usia skrg kok sy kira kognitif anak sy blm nyampe (blm ngeh). Lalu stlh qt knalkan Allaah, baru qt knalkan Muhammad Rasulullaah benar bgitukah? Kalau mngenalkan Rasulullaah pd anak sdini mgkn mulai d usianya yg k brp y? Kira2 mb kiki pnyakah lagu mudah utk pngenalan rasulullah pd anak? Klau ada sprti apa mba?Terima kasih atas jwbn & sharingnya ?
Jawaban :
sy prnh mmperdengarkan pd anak bacaan al fatihah sy. Tp anak sprti krg mmperhatikan atau fokus dg aktivitasnya sndri.. beda ktika sy mnyanyi lagu anak2.. zafran akan antusias & lgsg brusaha mnghapalkan lirik lagu tsb.... pdhl dlm hati sy lbh baik dia lbh antusias dg hfalan quran drpd hfalan lagu... bgmn pnyikapannya y mb supaya pngajaran hafalan qurannya efektif utk anak sy yg lbh suka mghafal&mnyanyikan lagu ank2..?Tentang penyampaian konsep "siapa Allah", sudah coba saya jelaskan di materi dan pertanyaan2 sebelumnya ya. Mudah2an membantu. Saya sering pakai contoh menggambar. Tadinya kertas kosong, ga ada apa2. Lalu saya gambar sesuatu. Sekarang ada gambarnya. Sama dgn anak, tadinya kan belum ada, sekarang ada. Bisa juga dikasih lihat foto anak waktu masih bayi baru lahir, dan dulu waktu anak belum ada di foto keluarga. Konsep "ada" dan "tidak ada" itu termasuk konsep dasar yg sudah mulai dipelajari oleh anak usia 3 tahun.Kalau pengenalan terhadap Rasulullah saw, sejauh paling enak lewat cerita ttg hidup beliau. Cari cerita yg dekat dgn keseharian anak dulu, misalnya kisah Rasul saat masih kecil, menjenguk orang sakit, dll. Lagu satu satu aku sayang ibu juga bisa banget dimodifikasi jadi "satu satu aku sayang Allah, dua dua aku sayang Rasul, tiga tiga sayang ayah-bunda" ?Kayaknya di sekolah tempat saya ngajar itu udah banyak banget lagu anak2 yg dimodifikasi buat pelajaran agama, hehe...Untuk hapalan Qur'an, dan mungkin hapalan doa-doa harian juga ya, setahu saya peribahasa "alah bisa karena biasa" berlaku banget. Utk konsentrasi, nyambung banget dgn topik "membuat anak konsentrasi" di materi perkembangan kognitif ya...Bisakah anak disuruh mengulangi bacaan al fatihah kalau dia sedang asyik main? :) Mengulang apa yg didengar membutuhkan konsentrasi, makanya sebelum mulai, anak perlu dikondisikan dulu supaya siap mendengar. Instruksinya juga jelas, ulangi yang bunda baca. Atau dengarkan (bacaan al fatihah-nya). Diulangi minimal satu kali sehari, insyaAllah anak lebih cepat terbiasa. Murid2 saya yg berusia 3 tahun, kalau mau belajar doa harian atau surat pendek, selalu diminta oleh guru agamanya utk dengar, perhatikan, dan tidak melakukan hal lain saat dibacakan oleh guru. Per ayat juga bisa dipotong lebih pendek (asal sesuai tajwid) agar anak bisa mengikuti bacaannya dgn lebih baik. Yg lain ada yg mau sharing juga pengalamannya dgn hapalan anak? ?Kalau menghapal ayat al qur'an vs menghapal lagu anak2, saya juga minta masukan dari ibu-ibu di sini ?Memungkinkan ga, memutar lagu anak dikurangi dan lebih sering memperdengarkan al fatihah dan juz amma di rumah dan mobil (kalau ada)? Mungkin bisa dicoba. Tapi lagu2 anak2 yg dihapalkan itu seperti apa ya? kalau lagu anak-anaknya "naik kereta api", "balonku", dll, sayang juga ya...Lagu2 itu baik juga lho utk anak belajar. Belajar berhitung, warna, nama benda...*harap maklum, guru* Menghapal 1 surat pendek dalam waktu 2 minggu sampai 1 bulan saja, sudah jadi prestasi kok bun. Seperti yg saya sampaikan tadi, aktivitas religius apapun, jangan lepas dari esensi "untuk apa" dilakukannya. Kita tentunya ingin anak belajar menghapal ayat2 Al Qur'an supaya anak makin dekat dan makin cinta Al Qur'an kan. Sambil mengajak anak menghapal, coba ajak juga anak mengeksplorasi isi al Qur'an. Surat al Fatihah, tentang apa. An Naas, tentang apa. Apa hubungannya dengan diri anak. Apa hubungannya dengan Allah yg sudah menciptakan alam semesta. Saya juga masih belajar banyak banget di bidang ini. Mudah2an bermanfaat ya - sy ingin tahu bunda2 shalihat dsini menggunakan media audio apa utk anak mendengarkan kalamullah?? Apakah idealnya diperdengarkan nonstop atau ada jam2 tertentu ? Yulia, Aira 2th
Jawaban :
Kalau saya pribadi, ayah saya di rumah suka putar juz 'amma dgn speaker, yg bisa dicolok lngsung ke USB. Di mobil juga. Kalau di rumah terutama di siang hari weekend waktu semua anggota keluarga ada di rumah. Lumayan utk mengulang hapalan dan memantapkan surat yg sedang dihapal.
0 komentar:
Posting Komentar