Rss Feed
  1. Speech Delay (Keterlambatan Bicara)

    Jumat, 18 September 2015

    Resume Materi Kuliah WhatsApp Grup Rumah Main Anak
    Hari, tanggal : Senin, 14 September 2015

    Nama pemateri : Dewi Kumalasari, S.Psi, M.Psi, Psi.
    Nama peresume: Julia Sarah, S. Hum

    Speech delay dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara ini berbeda dengan keterlambatan bahasa (language delay), walaupun kadang-kadang berjalan beriringan. Apa sih bedanya? Kita bahas dari pengertian ‘bicara’ dan ‘bahasa’ dulu ya. Bicara adalah suara yang keluar dari mulut kita. ‘bicara’ dapat dikatakan bermasalah ketika apa yang keluar dari mulut kita tidak bisa dipahami orang lain. Nah kalau ‘bahasa’ lebih terkait dengan makna, dibandingkan bunyi. Bahasa adalah salah satu alat untuk mengukur kecerdasan, sehingga keterlambatan bahasa menjadi lebih serius dibandingkan keterlambatan bicara.

    Next, bagaimana kita bisa tahu kalau perkembangan bicara dan bahasa anak kita ‘on the track’? ya kita harus tau ‘track’-nya dong, hehe.. track ini biasanya disebut milestone perkembangan. Kita akan bahas per rentang usia yaa.. oya pembahasan ini saya ambil dari www.speechdelay.com, kalau ada yang mau baca link aslinya monggo

    • Usia 0-6 bulan
    Saat baru lahir komunikasi bayi hanya dilakukan melalui tangisan dengan berbagai irama dan pola. Selanjutnya antara usia 6 minggu hingga 3 bulan bayi mulai melakukan cooing (mengucapkan satu suku kata yang diawali dengan hufuf vokal seperti ‘aaah’) ketika mereka merasa gembira. Di usia 6 hingga 10 bulan bayi melakukan babbling yaitu mengulang suku kata yang diawali dengan konsonan seperti ‘ma-ma-ma-ma’. Kadangkala hal ini dimaknai sebagai kata pertama bayi padahal tidak demikian karena kata-kata yang diucapkan bayi tidak memiliki makna tertentu. Di rentang usia ini bayi juga sudah memiliki awareness terhadap bunyi (misalnya menengok ke arah sumber suara, berhenti menangis ketika diajak berbicara) dan menggunakan tatapan mata untuk menunjukkan minatnya.
    Apa yang bisa dilakukan orang tua di rentang usia 0-6 bulan?
    Lakukan uji pendengaran (misalnya BERA test) jika bayi nampak tidak responsif terhadap suara. Gunakan banyak intonasi saat bicara, gunakan bahasa yang sederhana. Bicara dalam bentuk nyanyian juga cara yang sangat baik untuk mendapatkan dan mempertahankan perhatian si bayi. Hal ini membuat anak menjadi semakin aware dengan bicara manusia dan mendorong interaksi social sejak dini.

    • 7-12 bulan
    Di rentang usia ini, anak mulai banyak mengeluarkan suku kata berulang (seperti mama, dada, papa dll). Di usia 9 hingga 10 bulan, bayi dapat menirukan suara tanpa memahami artinya. Di usia 10-14 bulan bayi memunculkan kata pertamanya, yaitu kata yang bermakna sesuatu, misalnya neh untuk nenen. Anak juga menunjukkan peningkatan pemahaman terhadap aktivitas rutin harian.
    Apa yang bisa dilakukan orang tua di rentang usia 7-12 bulan?
    Orang tua dapat berespon terhadap kata-kata yang diucapkan anak (misalnya jika anak berkata ‘mama’, ibu dapat berespon ‘iya sayang, mama disini). Kita juga dapat menyediakan lingkungan yang kaya akan bahasa dengan bicara mengenai aktivitas harian rutin sepanjang hari dengan bahasa yang sederhana (2-3 kata dalam sekali bicara). Gunakan banyak intonasi dan bahasa tubuh ketika berinteraksi dengan anak. Perhatikan dan dengarkan respon anak dan respon semua bentuk komunikasi yang ditunjukkan anak baik verbal maupun non-verbal (senyuman, suara, kata dsb).

    • 12 -18 bulan
    Di usia ini anak dapat mengatakan 3-5 kata. Anak juga sudah mengenali namanya, memahami instruksi sedernaha, menggunakan baik bahasa tubuh maupun suara secara bersama dan memahami benda-benda atau aktivitas yang umum (misalnya baju, makan dsb).
    Apa yang bisa dilakukan orang tua di rentang usia 12-18 bulan?
    Sebutkan nama benda-benda secara sering. Ketika anak mengambil atau menunjukkan minat terhadap suatu benda atau aktivitas, sebutkan benda atau aktivitas tersebut dengan 1-2 kata. Untuk menstimulasi perkembangan bahasa di usia ini, anak juga sudah dapat diperkenalkan dengan buku yang penuh warna dan lagu anak-anak.

    • 18-24 bulan.
    Di usia ini anak sudah bisa menyebutkan 10-20 kata, termasuk namanya. Anak juga sudah mengenali gambar dari orang ataupun objek yang familiar bagianya. Pada usia 18 hingga 24 bulan anak dapat menyatukan dua kata untuk menyampaikan satu ide misalnya ‘Mobil jatuh’..
    Apa yang bisa dilakukan orang tua di rentang usia 18-24 bulan?
    Ajak anak mengobrol dengan mengunakan bahasa yang jelas dan sederhana. Saat anak mengeluarkan kata yang belum sempurna, kita tidak perlu mengkoreksi, melainkan hanya mencontohkan kata yang benar. Misalnya saat anak berkata ‘mau cucu’, kita dapat berkata ‘oh, adek mau susu’. Diskusikan apa yang dirasakan, didengarkan atau dilakukan anak sepanjang hari. Jangan lupa untuk memberikan apresiasi atas usaha anak untuk berkomunikasi. Kita juga dapat membuat semacam ‘buku bicara’ dengan menggunting gambar-gambar yang menunjukkan makanan atau mainan favorit anak dari majalah, atau menambahkan foto anggota keluarga ke dalam ‘buku keluarga’. Kita bisa ‘membaca’ buku itu setiap hari dan mempraktikkan kata-kata dari mainan, makanan dan orang-orang yang familiar bagi anak.

    • 24-30 bulan
    Di rentang usia ini, anak sudah memahami pertanyaan dan perintah sederhana. Anak juga dapat mengidentifikasi aktivitas yang familiar dari sebuah gambar (misalnya tidur,makan). Di usia ini anak juga sudah bisa membentuk kalimat yang terdiri dari 3 kata. Anak juga akan menyebut dirinya dengan namanya. Daan di usia ini perbendaharaan kata anak bisa mencapai 300 kata. Pada kenyataannya, antara usia 2 hingga 4 tahun, anak dapat meningkatkan perbendaharaan kata mereka sebanyak 2 kata per hari.
    Apa yang bisa dilakukan orang tua di rentang usia 24-30 bulan?
    Kita dapat menggunakan beberapa pertanyaan untuk menstimulasi pemikiran dan bahasa, tapiii batasi frekuensi pertanyaan yang kita ajukan ke anak. Terlalu banyak pertanyaan bisa membuat anak frustrasi jika ia belum mampu untuk meresponnya. Berikan kesempatan anak untuk berespon terhadap apapun. Kita juga bisa membacakan buku yang menggunakan bahasa yang sederhana dan berulang serta disertai dengan gambar penuh warna. Kita dapat juga memainkan permainan ‘ibu berkata’ atau permainan lain untuk mengembangkan keterampilan mendengarkan. Namun pastikan instruksi yang diberikan sederhana, misalnya ‘pegang hidung’

    • 30-36 bulan
    Di rentang usia ini anak memiliki perbendaharaan kata sekitar 450 kata. Anak juga sudah mulai mengenali konsep dasar seperti ‘besar dan kecil’. Anak juga sudah bisa berkata ‘tidak’ dan menjawab pertanyaan yang diawali dengan kata‘dimana’.
    Apa yang bisa dilakukan orang tua di rentang usia 30-36 bulan?
    Contohkan kata-kata ganti seperti ‘aku, dia, kamu’ dengan kalimat pendek (misalnya aku suka permen). Kita juga bisa membacakan cerita yang familiar dan berulang serta dorong anak untuk berespon terhadap pertanyaan sederhana tentang cerita tersebut atau menceritakan kembali cerita tersebut. Dalam membaca buku, kita juga tidak perlu plek-plekan membaca setiap kata dari buku tersebut, terkadang menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan familiar bagi anak justru lebih bermanfaat.

    • 3-4 tahun
    Pada usia ini anak dapat menyebutkan paling tidak satu warna. Anak akan sering bicara saat bermain atau saat sendiri. Anak dapat menceritakan suatu cerita. Anak dapat menggunakan 3-4 kata dalam satu kalimat. Anak dapat mengenali benda-benda dalam kategori yang familiar (misalnya, coba tunjuk mana yang binatang?). di usia ini perbendaharaan kata anak bisa mencapai 1000 kata.
    Apa yang bisa dilakukan orang tua di rentang usia 3-4 tahun?
    Orang tua bisa meningkatkan perkembangan perbendaharaan kata anak dengan menyediakan lingkungan yang kaya bahasa di rumah. Gunakan kalimat sederhana (4-5 kata) ketika berbicara dengan/ di sekitar anak untuk membantu pemahaman bahasa anak dan menunjukkan berapa kata yang bisa digunakan untuk membuat kalimat. Anak belajar banyak tentang bahasa melalui bermain. Aktivitas bermain peran bisa menjadi sarana yang sangat efektif untuk mengembangkan kemampuan berbahasa. Bermain dengan anak lain juga merupakan cara yang baik untuk mengembangkan kemampuan berbahasa.

    • 4-5 tahun:
    Di usia ini anak dapat mengikuti perintah yang terdiri dari 2-3 langkah. Di usia ini anak juga akan bertanya banyaak pertanyaan yang utamanya diawali dengan kata ‘kenapa?’. Anak mulai bicara dalam kalimat yang terdiri dari 4-5 kata. Anak memahami konsep ruang seperti ‘di atas’, ‘di bawah’, ‘di samping’ dsb.
    Apa yang bisa dilakukan orang tua di rentang usia 4-5 tahun??
    Mulailah untuk mengklasifikasikan objek ke dalam kategori yang lebih besar ‘misal binatang, mainan, makanan dsb’. Untuk melakukan ini, kita bisa mengunjungi kebun binatang (bicara tentang bianatng), mengajak anak untuk berdiskusi tentang makanan apa yang akan dimasak hari ini dsb. Kita bisa mengajak anak mengobrol dalam kalimat yang lebih panjang dan membacakan cerita yang lebih panjang. Di usia ini mungkin saja artikulasi anak masih belum sempurna, maka penting bagi orang tua untuk mencontohkan artikulasi yang benar.

    • 5-6 tahun
    Pada usia ini, anak mendefinisikan objek melalui fungsinya. Anak menggunakan 5-6 kata dalam membentuk kalimat, memahami hubungan lawan kata.
    Apa yang dilakukan orang tua di rentang usia 5-6 tahun??
    Dengarkan ketika anak sedang berbicara dengan kita dan dorong anak untuk mendiskusikan perasaan, idea tau pemikiran. Coba untuk mensrimulasi percakapan. Ajak anak berbicara dengan kalimat yang lebih panjang, layaknya bicara dengan orang dewasa. Mereka dapat memahami lebih dari apa yang bisa mereka katakan.

    Nah, itu tadi milestone perkembangan bahasa dan bicara anak. Yang penting untuk dipahami perkembangan setiap anak itu berbeda, mungkin saja anak yang satu lebih cepat, tapi bisa jadi anak lain agak lebih lambat. Selama masih berada di sekitar patokan milestone di atas, nothing to worry. Nah, tugas utama kita sebagai orang tua adalah menstimulasi dan menyediakan lingkungan yang kaya akan bahasa. Intinya adalah anaknya sering diajak ngobrol ya buibu 

    Tapii, kalau si kecil tidak memenuhi milestone di atas, langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah cek pendengaran. Meskipun anak tampak bisa mendengar dengan baik, bisa jadi dia memahami sesuatu bukan karena ia mendengar tapi melihat, mengingat anak biasanya ahli dalam memahami petunjuk visual. So, penting banget untuk mendeteksi apabila ada masalah di pendengaran sejak dini supaya bisa di-treatment secepat mungkin. Nah, kalau pendengaran ga ada masalah, cek dulu stimulasi bahasa dan bicara yang kita sediakan sudah cukup kaya atau belum? Terus, kalau stimulasinya udah oke juga gimana dong? Nah, itu saatnya membawa si kecil ke ahlinya, biasanya di rumah sakit ada klinik tumbuh kembang, coba ajak si kecil ke sana. Karena penyebab speech delay itu banyak, jadi harus diidentifikasi penyebabnya dulu untuk menentukan treatment paling tepat. Semoga bermanfaat 

    Note: selain dari www.speechdelay.com, tulisan diatas juga diambil dari http://www.med.umich.edu

    Salam,
    Dewi Kumalasari

    Tanya Jawab
    1. Aslm...Mba dewi saya punya murid (baru dua pekan dia bergabung)usia 4 tahunan.dari pengamatan saya anaknya belum bisa mandiri untuk bergabung bersama karena tidak mau lepas dari sang bunda,tatapan mata kurang karena ketika diajak bicara lebih banyak menunduk atau malah ngumpet dibalik jendela,pintu bahkan di kolong meja.untuk bicara dia hanya babling kata2.ketika bicara pun tidak jelas.padahal dari materi yang mba dewi paparkan usia 4-5 tahun sudah banyak sekali kosakata yang diperoleh.orang2 disekitar kami melihatnya seperti anak yang aneh.karena bicara yang tidak jelas dan tidak mau menatap..ketika mendengar sedikit ulasan dari sang bunda,memang anak ini seperti 'diisolasi' dari lingkungan.bunda sangat membatasi bahkan membondingnya dari lingkungan.sampe rumah tutup pintu.sampe sekarang anak jadi terbiasa untuk menyuruh bundanya menutup pintu jika pintu dalam keadaan terbuka.di rumah banyak dihabiskan dengan televisi.sang bunda melakukan itu karena juga 'minder' dahulu anaknya di cap lambat berjalan,obesitas,dsb...sampai sekarang pun bunda seperti menutup diri dari masukan.
      Pertanyaannya:apa yang harus saya lakukan ke anak (minimal,semoga juga seiring berjalannya waktu bundanya terbuka sedikit jadi kami bisa diskusikan saran2 mba dari materi ini)di waktu kami yang sedikit (belajar senin rabu jumat 1 jam setiap pertemuan.satu kelas 6 orang) untuk membantu mengembangkan bahasanya???terimakasih ya mba dewi... Puji,tangerang,3y3m,RMA1
      Jawab:
      ‘Alaykumussalam wrb Mbak Puji. Kalau mendengar dari ceritanya berarti yang pertama harus dibangun dari si anak adalah rasa nyaman untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi adalah bentuk sosialisasi, ketika seorang anak merasa nyaman dengan lingkungan sosialnya, maka ia akan melakukan usaha untuk berkomunikasi. Sebaliknya, apabila ia merasa tidak nyaman, ia akan cenderung menghindar dari bentuk komunikasi dengan orang lain. Nah, caranya bagaimana? Karena dunia anak adalah dunia bermain, awali dengan permainan yang menarik baginya. Oleh karena menarik ini subjektif, kita sebagai pendidik juga seharusnya tau apa yang diminatinya. Sesuatu yang diminatinya itulah pintu masuk kita untuk bisa membuka komunikasi dengannya. Saya pernah mendapatkan suatu kasus dimana anak ini sama sekali tidak mau berbicara selama di sekolah ataupun dengan orang asing. Saat itu usianya 5 bulan. Saat saya telusuri ternyata minat si anak adalah menggunting, maka saya berikan aktivitas menggunting dengan bentuk-bentuk dan warna yang menarik. Saat menggunting itulah si anak saya ajak ngobrol santai, dan di pertemuan selanjutnya Alhamdulillah dia sudah mau berkomunikasi dengan saya.
      Hanya saja, porsi terbesar dalam mengembangkan kemampuan komunikasi anak tetaplah ada pada orang tua, dimana orang tua perlu membangun kenyamanan anak untuk berkomunikasi dengan bersikap responsive terhadap inisiatif komunikasi anak, memberikan dukungan dan dorongan pada anak untuk berbicara mengenai apapun dsb. Semoga membantu.
    2. Assalamu'alaikum mbak Dewi..
      Anak saya umur 21 bulan. Sejauh ini kemampuan bahasa reseptif (penerimaan informasi)nya berkembang baik. Dia ngerti kalo diajak ngomong, kalimat perintah juga paham, bisa menunjuk gambar jika ditanya, dll. Namun kemampuan bahasa ekspresifnya belum (baru bisa bilang "ini", "itu", "(s)ini", "ini apa?").
      Nah, kalo seperti anak saya ini termasuk speech delay apa ga? Stimulus apa yg sebaiknya diberikan di samping dengan cara diajak ngobrol? Terima kasih (Santy-Medan, Taka 21bulan, RMA1)
      Jawab:
      ‘alaykumussalam wrb Bunda Santy, seperti halnya dokter yang tidak bisa melakukan diagnosis melalui konsultasi online, psikolog juga tidak bisa menegakkan diagnosis dengan data yang sepotong-sepotong. Namun demikian, merujuk pada cerita Mbak Santy, sepertinya anak Mbak masih dalam track perkembangannya. Di usia 18-24 bulan kan anak sudah bisa menyebutkan 10-20 kata, meskipun pelafalannya masih belum jelas. Apalagi anak Mbak sudah bisa menggunakan dua kata ‘ini apa’ untuk menyampaikan satu ide. Jadi rasanya nothing to worry ya Mbak. Stimulasi yang bisa kita lakukan selain dengan mengajak ngobrol bisa dengan membuat ‘buku bicara’ seperti yang sudah saya tuliskan di materinya. Bisa juga bicara melalui lagu atau mulai membacakan buku dengan bahasa-bahasa sederhana dan penuh gambar. Yang terpenting adalah, jangan pernah putus asa meskipun anak belum bisa menirukan apa yang kita katakan dengan jelas. Stimulasi saja terus, karena dia pasti akan menyerap yang nanti bila sudah saatnya apa-apa yang dia serap akan dikeluarkan kembali secara verbal. Oya kemampuan bicara sangat erat kaitannya dengan oromotor (otot2 di mulut), jadi untuk memudahkan anak dalam berbicara kita bisa melatih otot oromotornya dengan memberikan makanan bertekstur sehingga anak perlu mengunyah agar otot oromotornya semakin terlatih. Semoga bermanfaat.
    3. Bun... mau tanya, anak saya iqna 3y,3m masih susah malafalkan huruf S, J , N dll berbicaranya msh blm jelas, dr dlm kandungan sdh sering sy ajak ngobrol dgn harapan bisa lancar berbicara krg lebih usia 2thn. Iqna dr usia 2 bln sdh mulai mengoceh dan interaksinya bagus, Alhamdulillah anaknya aktif dan mudah mengerti dgn intruksi yg diberikan. Komunikasi sdh 2 arah, diajak ngobrol ya dia ngoceh2 juga nyautin tapi hanya pelafalannya saja yg msh sulit. Kadang klo dia cerita ttg apa yg dilihatnya, bisa panjaaaaang ngoceh sampai pamannya atau saudaranya bilang... "duh, ngomong apasih" sambil tertawa dan menirukan "cadel" nya krn berbicaranya blm jelas.
      Apakah iqna termasuk mengalami keterlambatan berbicara atau bahasa? Stimulus apa yg hrs sering dilakukan? Terimaksih atas jawabannya ya bunda  -Ratna, Jaktim, RMA1-
      Jawab:
      ‘alaykumussalam wrb Bunda Ratna. Wah, inisiatif komunikasi iqna sudah sangat bagus bun, terus dijaga ya supaya dia tetap merasa nyaman untuk berkomunikasi dengan orang lain. Lagi-lagi, psikolog tidak bisa menegakkan diagnosis tanpa memeriksa langsung si anak sehingga kalau ditanya apakah iqna mengalami keterlambatan bicara atau bahasa, saya juga tidak bisa menjawabnya. Namun, merujuk kembali pada pengertian bahasa, apabila si anak bisa memahami pesan yang disampaikan orang lain dan bisa meresponnya dengan sesuai, maka nothing to worry. Namun, terkait dengan pelafalan memang salah satu indicator speech delay di usia 3 tahun adalah ketika bicaranya sama sekali tidak dimengerti orang lain. Pertanyaannya adalah apakah bicaranya iqna sama sekali tidak bisa dimengerti orang lain? Ataukah hanya ketika ia berbicara panjang? Oleh karena itu, perlu asesmen lebih lanjut untuk mendapatkan diagnosis pastinya.
      Nah, kalau soal stimulus, dengan inisiatif komunikasi iqna yang sudah baik, yang bisa orang-orang sekelilingnya lakukan adalah dengan me-restate cerita yang keluar dari mulut iqna dengan bahasa/pelafalan yang benar, namun tak perlu memaksanya untuk mengulanginya kembali dengan pelafalan yang benar, cukup contohkan. Misalnya dengan berkata ‘Oh iqna cerita kalau ….’Peniruan ‘cadel’ juga sebaiknya dihindari karena bisa membuat si anak bingung mengenai pelafalan yang benar. Semoga bermanfaat.
    4. anak saya baru lancar ngomong ummi,sebelumnya kalau manggil ummi : bubu.. (abi,teteh,aa,mbah udah lancar semua). sekarang lagi seneng ngulang2,manggil2 ummi,bilang ini,itu..dll baru sedikit kosakatanya,dg usianya yg udah 27 bulan ,apakah masih dalam batas normal jika belum banyak kosakata yg dia punya,kalimat sederhana juga baru sedikit : seperti ummu bobo. - Widi Nur, Depok, 27bulan, RMA1-
      Jawab:
      Dear Bunda Widi, komunikasi awal anak memang akan berkutat pada orang-orang dan aktivitas yang sering dijumpai/­dilakukannya setiap hari. Oleh karena itu, perbanyaklah waktu berkomunikasi dengan anak mengenai kegiatan sehari-hari sehingga perbendaharaan katanya semakin banyak. Kalau ditanya masihkah berada dalam batas normal, coba dibuat daftar berapa kata yang sudah dimiliki si kecil. Dimiliki ya, bukan yang pernah kita dengar. Karena bisa jadi dia banyak mengeluarkan kata-kata ketika tidak bersama kita, misalkan saat bermain sendirian. Dan kata-kata ini tidak harus dilafalkan secara sempurna, melainkan sesuai maknanya. Kalau dari cerita Bunda bahwa si kecil sudah bisa membuat kalimat yang terdiri dari 2 kata, kompetensi usia 2 tahun sudah dicapainya, jadi nothing to worry, tinggal diperbanyak saja stimulasi bicara dan bahasanya. Semangat bunda!
    5. Apakah mendongeng lebih baik dilakukan di atas 1 tahun atau sejak dini (di bawah 1 tahun) untuk menstimulasi perkembangan bahasa bayi dan bagaimana pengaruhnya thd perkembangan kemampuan berbahasa anak? (Retta,bintaro,kenshin_9m- RMA 3)
      Jawab:
      Dear Bunda Retta, komunikasi yang paling penting untuk si kecil yang berusia dibawah satu tahun adalah komunikasi yang responsif dan ekspresif. Responsif artinya kita sebagai orang tua selayaknya dapat merespon dengan tepat SETIAP bentuk komunikasi baik verbal maupun non-verbal yang ditunjukkan anak. Ekspresif artinya gunakan berbagai intonasi, ekspresi wajah, bahasa tubuh ketika berinteraksi dengan anak. Apakah dongeng sudah boleh? Boleh2 saja asalkan pilih dongeng yang sesuai dengan usianya, misalkan utuk anak dibawah satu tahun, pilihlah cerita yang tokoh utamanya adalah apa yang sudah dikenal anak. Misalnya mendongeng tentang cicak dan nyamuk. Lalu, karena di usia satu tahun fantasi anak belum berkembang, sampaikan cerita dengan se-ekspresif mungkin, misal kalau bercerita ttg cicak kita bisa mengeluarkan suara cicak yang semirip mungkin , atau kalau bercerita ttg kucing yang kesakitan, ya kitanya harus mengeong sedramatis mungkin. Nah, kalau usianya sudah lebih besar kita bisa memilih dongeng dengan tema yang lebih luas, atau kalimat yang lebih panjang. Jadi kalau ditanya lebih baik dilakukan di bawah atau di atas satu tahun, saya bisa katakan mendongeng bisa dilakukan sedikit mungkin dengan catatan pilih cerita yang sesuai dengan perkembangan anak. Semangat!
    6. Apakah ada dampak negatif terhadap pengasuhan anak jika anak diajak bicara dengan 2 bahasa, misal bahasa indonesia dan bahasa inggris? Terima kasih (Rossy-Salatiga-Elmyra23bulan-RMA3)
      Jawab:
      Dear Bunda Rossy, bahasa sangat terkait dengan konteks. Kunci apabila ingin membentuk anak yang bilingual adalah konsistensi. Misalkan komunikasi dengan ibu SELALU menggunakan bahasa Indonesia, dengankan komunikasi dengan ayah SELALU menggunakan bahasa inggris. Konsistensi ini harus dilakukan agar anak tidak bingung karena bahasa sangat terkait dengan konteks. Bagi anak-anak Indonesia yang tinggal di luar negeri, mereka bisa dengan sangat pandai memilah kapan mereka menggunakan bahasa Indonesia dan kapan menggunakan bahasa setempat karena konteks penggunaan bahasa yang sangat jelas, misalnya di rumah saat berkomunikasi dengan orang tua ia menggunakan bahasa Indonesia sedangkan saat sedang bermain dengan temannya ia menggunakan bahasa setempat. Namun apabila si anak tinggal di Indonesia yang tidak ada tuntutan untuk menggunakan bahasa asing dalam komunikasi sehari-harinya, akan lebih nyaman tentunya apabila si anak dikuatkan dulu bahasa ibunya, baru kemudian diajarkan bahasa asing. Kalaupun memang ingin menggunakan dua bahasa, ya kembali lagi ke konsistensi penggunaan bahasanya. Apabila pengasuhan dua bahasa tidak dilakukan secara konsisten misalnya bahasa yang digunakan dicampur aduk, kemungkinan si anak mengalami kebingungan bahasa saat ia berkomunikasi dengan orang lain menjadi sangat besar.
    7. Anak saya usia 9 bulan, saya ingin mengajari berbicaranya tidak dengan cadel atau bahasa anak yg dicadel2kan. Tapi krn saya masih jd satu sama mertua jadi mereka mengajarkan berbicara dicadel2kan. Bagaimana cara saya memberi pengertian kpd mereka dg tidak menyinggung? Trimakasih sblm dan sesudahnya Waslm.. (Marlia, Wonosari, anak 9bln, RMA 3)
      Jawab:
      Dear bunda Marlia.. wah ini masuk ke bab hubungan menantu mertua jadinya hehehe. Kalau untuk memberi pengertian bentuknya sangat tergantung oleh karakter sang mertua. Cara paling mudah adalah dengan meminjam otoritas orang lain, misalnya dokter atau psikolog. Mbak bisa ajak mertua diskusi tentang artikel mengenai bahaya mencadelkan bicara anak, misal dengan berkata ‘Mah, tadi aku baca dokter ini bilang begini lho..blablabla’, atau bisa juga dengan ajak mertua ke klinik tumbuh kembang, nah disana mbak bisa tanya ttg cadel ke dokter/psikolognya. Semoga membantu ya Mbak!
    8. Anak saya usia 2 tahun tp kemampuan bicaranya belum banyak dan cenderung msh dengan bahasa yang orang bilang bahasa "bayi". Diusianya skrg, br dapat mengucapkan ayah, ayah ja (ayah kerja), nda (bunda), de za (ade mirza), tutu (susu). Tp sudah bisa memahami dan melakukan perintah sederhana, misal sampahnya buang tempat sampah ya de, mainannya simpan di tempatnya lagi de, simpan sepatunya di rak de, dan skrg sudah paham tanpa disuruh lagi utk hal2 tsb...
      Apa ini termasuk speech delay, jika ya apa harus terapi wicara atau kami cukup menambah stimulasi saja? Dan stimulasi seperti apa yang harus kami lakukan? Terima kasih mba dewi ...(Ning_Jakarta_2tahun_RMA 2)
      Jawab:
      ‘alaykumussalam wrb Bunda Ning. Kalau dari cerita bunda, si kecil masih on the track kok mbak. Dia sudah mengerti instruksi, sudah bisa menyebutkan kata-kata dan sudah bisa membentuk kalimat. Kalaupun pelafalannya belum sempurna, hanya masalah waktu saja. Masalah pelafalan ini, kita saja yang latih sendiri dengan me-restate setiap kata/kalimat yang dia ucapkan. Nanti lama-lama juga akan terlatih dan bisa melafalkan dengan benar seiring dengan kematangan organ-organ bicaranya.
    9. Assalamualaikum mbak Dewi,
      Kalau kita tdk mengerti apa yg diucapkan anak, apa yg harus kita lakukan?selama ini kalau ada kata yg tdk saya mengerti, saya tanya balik ke kyan dan mencoba mencari tau dgn menunjuk/mengucapkan/menebak kata yg dimaksud. Misal: "unda olong emong" (bisa jd minta minyak lemon/remot) kalau mentok tidak tau saya ngomong "bunda tidak ngerti nak, mas kyan mau apa?" (terus kyan nangis karena saya tidak tau mksd kyan apa). Yg saya lakukan sudah betul apa harus gmn mbak? Terima ksh..maaf kalau panjang  (Novi Auludya_Mojokerto_23 bulan_RMA2)
      Jawab
      ‘alaykumussalam wrb Bunda Novi, wah kalau masalah ini kita sebagai ibu memang dituntut untuk lebih peka karena kita yang banyak menghabiskan waktu dengan si kecil jadi lebih paham dengan kebiasaan-kebiasaan si kecil. Kalau kita memang tidak mengerti, coba awali dengan kata maaf ‘Maaf nak bunda belum ngerti maksud mas, mas mau ini? Atau mau ini? Bantu bunda ya biar bunda ngerti’. Daan yang paling penting adalah bahasa non verbal seperti intonasi, mimik muka dsb saat kita bilang kalau kita ga ngerti, karena anak itu pekaa sekali jadi dia bisa merasa bahwa apakah si ibu punya emosi negative terhadapnya atau tidak. Cobalah lebih santai saat kita belum mengerti maksud anak dengan menggunakan intonasi yang tenang, ajak bercanda dsb. Semoga membantu ya bund!
    10. Bagaimana menstimulasi anak yg mengalami hipoplasia (perkembangan otak tdk optimal menyebabkan terlambat berjalan dan bicara). Skrg usianya 25 bulan belum ada kosa kata yg bermakna, memanggil siapapun (ayah, ibu, kakak) dng panggilan 'Ma', mengatakan 'Mamam' bila ingin nenen atau minum. Selebihnya blm bs dimengerti. (Arma zaida_Makassar_25 bulan_RMA 2)
      Jawab:
      Dear bunda Arma, bahasa seperti halnya aspek perkembangan lain, sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Hipoplasia merupakan salah satu aspek internal yang bisa memunculkan kondisi gangguan bicara apabila terjadi pada bagian yang mengatur fungsi bicara dan bahasa. Dengan kondisi seperti ini, fokus pada pembelajaran bicara dan bahasa ditekankan pada hal-hal yang terkait dengan fungsi sehari-hari agar si kecil bisa adaptif. Misalnya kita ajarkan bagaimana mengkomunikasikan apabila ingin makan, minum, ke toilet dsb. Sementara itu, untuk tahu sampai sejauh mana anak bisa distimulasi tentunya perlu untuk dikonsultasikan dengan dokter untuk mengetahui fungsi bahasa yang bisa dikembangkan dari si kecil. Semangat Bunda, ALLAH pasti berikan amanah istimewa untuk hamba-Nya yang juga istimewa.
    11. Assalamu'alaikum, mbak Dewi....mau tanya, bagaimanakah kondisi speech delay dikatakan masih wajar, dan bgmn kondisi yg sudah waspada/ harus dibawa ke ahli? Ada tidak parameter tingkat speech delay per rentang usia? Anak sy (18m) kosakatanya belum terlalu banyak, masih berkisar 1~2 suku kata, misal bi (abi), na (bunda), emoh (utk tidak mau), nenek, ngeng (mobil),, baru bisa menirukan 1 suku kata ekor kata (misal dipancing menunjuk gambar gajah, kita bilang Ga.. dia menjawab Jah),, dan dia belum bisa menggabungkan kata~kata. Ketika diajak bicara sdh menangkap, kita sebut nama benda kemudian anak diminta mengambil/menunjuk gambarnya sudah bisa, hanya saja kata2 yg keluar msh dominan eeh eeh, mm mm, atau ng ng. Masih wajar tidak ya utk usia 18bln? Terima kasih..(Nuri_Solo_18m_RMA2)
      Jawab:
      ‘alaykumussalam wrb Bunda Nuri,
      Sebelum usia dua tahun, terdapat banyak pendapat mengenai perkembangan bahasa yang normal, tapi berikut ada tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa si kecil perlu bantuan:
      Usia 1 tahun: si kecil tidak mengoceh sama sekali. Anak tampak tidak memahami atau berespon saat diajak berbicara
      Usia 18 bulan: anak tidak berkata satu kata pun
      Usia 2 tahun : anak hanya mengatakan sangat sedikit kata-kata dan berkomunikasi terutama melalui bahasa tubuh seperti menunjuk.
      Usia 2,5 tahun : anak hanya berbicara dengan suku kata tunggal, selalu kehilangan huruf konsonan yang berada pada akhir kata atau perbendaharan kata tidak mencapai 50 kata
      Usia 3 tahun : orang lani tidak dapat mengerti pelafalan anak atau ia hanya berbicara menggunakan frasa yang terdiri dari 2 kata.
      Nah, dari indikasi di atas sudah terjawab ya bund nothing to worry, si kecil perkembangan bahasanya masih on the track.

  2. 4 komentar:

    1. Ummi Alyssa mengatakan...

      Assalamualaikum, mbak Dewi.
      Anak saya 5 tahun, masih belum lancar bicara karena ada gangguan pada telinganya, mengalami TR sampai 90 db kiri dan kanan, saat ini baru pakai alat bantu dengar baru 5 bulanan, dan sudah mengerti jika dipanggil dan diperintah, hanya saja masih belum mau meniru setiap apa yang kami bilang ke anaknya, tetapi terkadang, secara spontan dia mengeluarkan kata-kata yang jelas walau masih dengan bahasa yang cadel/bahasa batita.
      Saya ikutkannterapi wicara juga, seminggu 2x dan ada terapi okupasi juga.
      Tapi masih saja, anaknya belum mau meniru jika disuruh mengeluarkan bunyi suara.
      Saya sampai bingung sendiri dibuatnya.
      Yang saya mau tanyakan bagaimana cara menstimulasi dia, agar mau mengeluarkan suara tersebut? Padahal saya sudah sering mengajaknya komunikasi, dan setiap apa yang saya dan dia lakukan selalu saya ceritakan dalam bentuk kata dan cerita dan dia senang sekali kalau saya melakukan hal tersebut, tapi masih saja, kalau disuruh meniru kata-kata dari saya maupun terapisnya belum ada kata keluar sama sekali.
      Tapi, kalau ditanya sesekali suka jawab misal mengeluarkan kata : Iya (iya), Nanan (jangan), Nda oyeh (tidak boleh), Ama Babah (sama Abi), Ama mamah (sama Ummi), ndapapa (tidak apa-apa), Yayah (salah) dll.
      Menurut dokternya dengan usia dengar yang masih 5 bulan memang itu sudah bagus sekali, tapi saya masih ingin tahu bagaimana cara nya supaya dia mau meniru apa yang saya ucapkan, seperti anak normal lainnya?
      Barangkali mbak Dewi punya solusinya.

    2. Ummi Alyssa mengatakan...

      Assalamualaikum, mbak Dewi.
      Anak saya 5 tahun, masih belum lancar bicara karena ada gangguan pada telinganya, mengalami TR sampai 90 db kiri dan kanan, saat ini baru pakai alat bantu dengar baru 5 bulanan, dan sudah mengerti jika dipanggil dan diperintah, hanya saja masih belum mau meniru setiap apa yang kami bilang ke anaknya, tetapi terkadang, secara spontan dia mengeluarkan kata-kata yang jelas walau masih dengan bahasa yang cadel/bahasa batita.
      Saya ikutkannterapi wicara juga, seminggu 2x dan ada terapi okupasi juga.
      Tapi masih saja, anaknya belum mau meniru jika disuruh mengeluarkan bunyi suara.
      Saya sampai bingung sendiri dibuatnya.
      Yang saya mau tanyakan bagaimana cara menstimulasi dia, agar mau mengeluarkan suara tersebut? Padahal saya sudah sering mengajaknya komunikasi, dan setiap apa yang saya dan dia lakukan selalu saya ceritakan dalam bentuk kata dan cerita dan dia senang sekali kalau saya melakukan hal tersebut, tapi masih saja, kalau disuruh meniru kata-kata dari saya maupun terapisnya belum ada kata keluar sama sekali.
      Tapi, kalau ditanya sesekali suka jawab misal mengeluarkan kata : Iya (iya), Nanan (jangan), Nda oyeh (tidak boleh), Ama Babah (sama Abi), Ama mamah (sama Ummi), ndapapa (tidak apa-apa), Yayah (salah) dll.
      Menurut dokternya dengan usia dengar yang masih 5 bulan memang itu sudah bagus sekali, tapi saya masih ingin tahu bagaimana cara nya supaya dia mau meniru apa yang saya ucapkan, seperti anak normal lainnya?
      Barangkali mbak Dewi punya solusinya.

    3. Anonim mengatakan...

      Assalamualaikum mbak Dewi, anak sy UD masuk usia 5 thn, msih jg blom mau bicara,ia hanya bicara sedikit ketika kesal,ia tinggal bersama Tante nya sudah 3 thn uh lalu, Krn sy kelahiran anak2 sy terlalu rapat, anak sy ada 3 akhirnya satu diasuh oleh tantenya diluar kota, kadang sy suka menyesal Krn anak sy Tdk mengalami perkembangan yg baik, waktu usia msih 1 thn msih bersama sy ia memang sudah terlihat berbeda, jika dipanggil namanya Tdk langsung merespon, dan anak sy cenderung Tdk bisa diam,mohon saran nya apa yg harus sy lakukan mbak, sy berencana mau mengambil kembali anak sy. Terimakasih

    4. Nonopie mengatakan...

      Assm mba dewi.... sy ingin berkonsultasi anak saya 17bln.. dan anak saya sampe skrg blom bisa berbicara paling dia bisa teriak2 dan ae ae saja. Saya semakin khawatir dg smpai saat ini blm bisa berbicara. Kami di rumah tinggal b3 ayah ibu dan anak.. da kdg2 kita mnggunakan 2 bhs daerah dan indonesia.. apa itu bisa berpengaruh?

    Posting Komentar