Rss Feed
  1. Ketika Anak Terpapar Gadget

    Jumat, 30 Oktober 2015

    Resume Materi Grup WhatsApp Rumah Main Anak

    Waktu: Rabu, 15 Oktober 2015
    Pemateri : Chairunnisa Rizkiah, S. Psi.
    Peresume : Julia Sarah, S. Hum.

    Sekitar satu tahun lalu, saya menonton sebuah video berjudul “A Magazine Is an iPad That Does Not Work”. Di video tersebut diperlihatkan seorang anak berusia 1 tahun yang diberikan sebuah majalah. Alih-alih membalik halaman-halaman majalah tersebut, si anak mencoba memperlakukan majalah seperti komputer tablet, yaitu mengutak-atiknya dengan jari. Videonya bisa ditonton di link ini:https://www.youtube.com/watch?v=aXV-yaFmQNk

    Pada usia 0-2 tahun, perkembangan kognitif anak berada pada tahapan sensorimotor. Artinya, anak butuh input sensori untuk belajar. Perlu benda nyata yang bisa dipegang, diamati, dan diutak-atik. Apa yang terjadi di video yang saya ceritakan di atas, adalah kasus anak usia di bawah 2 tahun hanya tahu cara memegang komputer tablet, kemungkinan tidak pernah diberi waktu untuk bermain dengan buku yang nyata, dan akibatnya salah mempersepsi majalah sebagai tablet.
    American Academy of Pediatrics merekomendasikan orangtua untuk tidak memberi screen time (waktu untuk menonton TV, video di laptop, dan game di layar) untuk anak berusia di bawah 2 tahun. Aktivitas yang disarankan adalah aktivitas-aktivitas “dunia nyata” yang dapat merangsang perkembangan sensorimotor anak. Contoh kegiatannya banyak sekali, dan saya yakin ibu-ibu di grup ini juga sudah dapat bekal ilmunya ( Untuk anak-anak berusia di atas 2 tahun, waktu yang ‘ideal’ pun hanya 2 jam sehari. Jadi screen time hanya menjadi salah satu variasi kegiatan, bukan sebagai kegiatan andalan untuk anak. Apalagi kalau digunakan untuk ‘menjinakkan’ anak yang tidak mau makan atau saat orangtua sedang sibuk.

    Istilah gadget tidak hanya mengacu pada smartphone, melainkan semua perangkat teknologi yang ‘canggih’ termasuk laptop/komputer. Tidak bisa dipungkiri, ada manfaat gadget untuk pendidikan, di antaranya adalah:
    1. menyediakan sarana belajar yang merangsang kreativitas dan keterampilan problem solving anak melalui games
    2. menjadi sarana untuk menstimulasi perkembangan indra pendengaran dan pemahaman cerita, misalnya saat mendengar/menonton lagu dan cerita
    3. menunjang anak untuk menjadi melek teknologi, dan sejumlah games merangsang kemampuan koordinasi mata-tangan (karena anak harus melihat gambar sambil menggerakkan jari).

    Namun, semua yang berlebihan tentunya tidak baik. Apakah ada kenalan atau saudara ibu-ibu di sini yang anaknya tidak mau makan kalau tidak sambil menonton video? Atau yang anaknya bisa menonton video di tablet selama berjam-jam dan harus dipaksa untuk istirahat? Atau, yang gelisah dan mencari-cari bila sehari saja tidak bertemu smartphone/tablet? Sad to say, ini bukan kejadian langka di era teknologi digital seperti sekarang. Bahkan saat ini ada istilah "digital nanny", yaitu ketika orangtua meninggalkan anak sendiri dengan gadget seperti halnya anak ditinggal dengan pengasuh. Padahal, ahli teknologi seperti Steve Jobs (Apple) dan Evan Williams (Twitter) justru sangat membatasi akses gadget ke anak-anak mereka dan lebih banyak mengajak anak bereksplorasi lewat kegiatan "dunia nyata" dan membaca buku.
    Kerugian lainnya dari penggunaan gadget yang tidak tepat antara lain:
    1. Membiarkan anak bermain sendiri dengan gadget tanpa didampingi juga berarti tidak mendorong terciptanya interaksi antara anak dan orangtua.
    2. Bermain gadget persis sebelum tidur (misalnya, membiarkan anak dengan gadget supaya dia akhirnya mengantuk sendiri) juga tidak baik bagi tubuh, karena sebelum tidur tubuh perlu untuk bersiap-siap dan menurunkan tingkat aktivitas. Hal ini tidak hanya berlaku pada anak-anak, tetapi juga orang dewasa.
    3. Membatasi kegiatan fisik yang merangsang perkembangan koordinasi motorik halus dan kasar. Gadget digunakan sambil duduk, dengan posisi leher biasanya kaku dan mata hanya terpaku pada layar. Orang dewasa saja tidak disarankan duduk terlalu lama di depan computer, apalagi anak-anak.

    Dr. Ari Brown (New Tech City, WNYC), seorang ahli tumbuh kembang anak, menyarankan agar ada aturan di rumah terkait penggunaan gadget. Hal ini terutama dalam penggunaan smartphone dan computer tablet, yang saat ini lebih mudah diakses oleh anak. Dari berbagai sumber (linknya saya beri di bagian bawah tulisan ini), berikut sejumlah aturan tentang penggunaan gadget yang dapat diterapkan di rumah:

    1. Buat aturan yang tegas tentang waktu, tempat, dan durasi penggunaan gadget. Misalnya, tidak ada gadget saat makan, di kamar mandi (iya, anak-anak yang sudah sekolah ternyata bisa bawa hp ke kamar mandi dan chatting lama di dalamnya), sebelum PR selesai, di kamar tidur. Batasi waktu penggunaan gadget dalam sehari, misalnya maksimal 2 jam sehari, maksimal jam 5 sore.
    2. Beri pemahaman bahwa gadget yang dipegang anak adalah milik orangtua, bukan milik anak. Jadi orangtua berhak meminta gadget tersebut bila diperlukan atau bila anak menggunakannya tidak sesuai kesepakatan. Kadang ini yang jadi mispersepsi anak. Gadget dianggap setara dengan mainan-mainan lain yang dia punya, sehingga bisa dipakai kapan saja. Padahal, gadget yang ia pakai juga dipakai oleh orangtuanya, terutama handphone. Adik saya sendiri dulu sempat suka berlama-lama menggunakan smartphone ibu, tapi diingatkan, “Itu kan hp mama,” dan harus mengembalikannya bila diminta. Anak yang sudah lebih besar (4-6 tahun) juga bisa diberi tanggung jawab untuk melapor bilang baterai gadget sudah lemah dan perlu di-charge, bukan langsung main tinggal kalau gadgetnya habis baterai :D
    3. Pantau kegiatan anak di gadget. Cek aplikasi apa saja yang digunakan, video seperti apa yang ditonton anak (terutama di youtube dkk). Di grup ini fokusnya anak usia 0-6 tahun, namun untuk anak yang sudah SD atau lebih besar, orangtua juga perlu memantau anak di media sosial.
    4. Jadilah orangtua melek terknologi yang bisa mengatur filter konten internet yang dapat diakses anak. Mode “restricted access” bisa digunakan untuk mengantisipasi agar anak tidak “nyasar” membuka laman-laman internet yang aneh-aneh. Update informasi juga tentang cerita kartun anak-anak, apakah ada yang mengandung konten tidak ramah anak. Tidak semua film kartun baik untuk anak-anak, Bun.
    5. Untuk anak usia dini, penggunaan gadget harus didampingi dan diawasi orangtua. Jangan biarkan anak bersembunyi di kamar sambil membawa gadget. Repot? Begini loh Bun, iya sih anak nonton video Barney yang bagus untuk pendidikannya, tapi orangtua juga perlu menjelaskan dan mengajak anak berdiskusi tentang apa yang dia tonton. Dengan begitu anak bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pesan yang ingin disampaikan oleh Barney. Seperti itulah penggunaan gadget sebagai media belajar, seperti halnya media lain yang butuh pendampingan orangtua. Jadi nanti anak bukan cuma ingat lagunya saja ;)
    6. Evaluasi penggunaan gadget orangtua. Jadilah role model untuk anak dalam penggunaan gadget, karena anak belajar banyak dengan meniru orangtua. Bila anak tidak diperbolehkan makan sambil memegang gadget, orangtua juga perlu menghindari memegang gadget sambil makan, kecuali bila ada telepon yang memang perlu diangkat.

    Anak-anak hari ini hidup di era yang berbeda dengan kita dulu. Dalam sejumlah hal seperti teknologi, perbedaannya begitu signifikan sehingga orangtua yang berasal dari generasi anak-anak pra-digital menghadapi culture shock dan merasa gaptek :D Saya pribadi menganggap gadget tetap bermanfaat sebagai media belajar dan hiburan, asal ada rambu-rambu yang ditaati dalam penggunaannya. Seiring dengan perkembangan zaman, mari terus belajar juga supaya orangtua punya pengetahuan yang memadai tentang tantangan-tantangan yang dihadapi anak-anak kita saat ini. Semangat kita.


    Referensi:
    http://women.asiaone.com/women/parenting/how-make-sure-your-kids-arent-addicted-gadgets#sthash.IEcrAHmh.dpuf
    http://www.parentherald.com/articles/6210/20150430/10-gadget-rules-for-kids-at-home.htm
    http://www.huffingtonpost.com/manoush-zomorodi/screen-time-rules_b_2207906.html
    http://women.asiaone.com/women/parenting/how-make-sure-your-kids-arent-addicted-gadgets
    http://www.nytimes.com/2014/09/11/fashion/steve-jobs-apple-was-a-low-tech-parent.html?_r=1
    http://healthland.time.com/2011/10/20/no-screen-time-for-2-year-olds-do-ipad-apps-count/


    Tanya Jawab

    1. Assalamualaikum.
      Apakah baik buat bayi usia dibawah 6 bulan untuk mendengarkan murotal Al-qur'an sambil meilihat video animasi (pergerakan visuaonya tdk terlalu cepat, sprt gmbr kupu2 terbang atau bebek berenang).. Awatif, RMA1 (humaira 1,5 tahun)
      Jawab:
      Wa'alaikumussalam Atif :) ini maksudnya video ilustrasi + audio murottal al qur'an ya? Tergantung gadget apa yg dipakai. Sejumlah penelitian tidak menyarankan bayi terpapar dekat dgn hp/tablet, di antaranya krn ada radiasi gelombang elektromagnetik. Kalau menontonnya dari TV/DVD player relatif lebih aman dan jarak mata dengan layar lebih jauh. Jadi penasaran, reaksinya waktu nonton video itu gimana ya? :D Setahu saya, di bawah 6 bulan indra penglihatan bayi belum berkembang sempurna, misalnya belum bisa dgn baik membedakan muka orang. Jadi, stimulasi sensori yg visual dgn intensitas cahaya yg cukup tinggi dari gadget dinilai kurang baik utk bayi. Tapi, saya kembalikan lagi ke orangtua, apakah sekali2 dinilai ga apa-apa atau mau distop sama sekali :)
    2. Bagaimana sebaiknya sikap kita ketika ada teman anak/saudara yg main bersama anak kita mengajak main gadgetnya misalnya nonton video lagu bersama..klo dirumah Tsabit diusahakan diminimalisir dgn gadget termasuk tv, tp ketika diluar main dgn teman atau dirumah saudara gadget sulit dihindari...bagaimana baiknya y? Dan Tsabit suka melihatnya...apkh sesekali tdk mslh? Yusi, RMA 1 (Tsabit 15m)
      Jawab:
      Nah itu Bun poinnya: seberapa sering? Untuk anak2, video memang menarik :D Anak2 yg main dengan tsabit umurnya sebaya atau lebih tua? Terutama yg mengajak menonton video itu. Apakah selama mereka main ada yg mengawasi? Kalau ada, InsyaAllah bisa dipantau berapa lama anak2 main gadget dan kapan perlu berhenti. Saat diminta berhenti juga tentunya orang dewasa perlu siapkan kegiatan lain utk mereka. Mudah2an bisa jadi jalan tengah, bukan cuma supaya tsabit tetap terjaga tidak terlalu banyak pegang gadget, tapi juga sekalian bisa mengarahkan teman/saudaranya yg banyak pakai gadget. Minimal saat mereka berinteraksi dgn tsabit intensitas main gadgetnya berkurang. Kalau hanya mempertimbangkan "masalah" atau "tidak masalah", akan jadi masalah lain kalau tsabit jadi terbatasi interaksi dgn teman/saudara krn khawatir terpapar gadget. AAP memang merekomendasikan no gadget utk anak usia 2 tahun, itu adalah kondisi ideal. Seringkali, yg kita hadapi adlh kondisi tidak ideal, terutama bila sebelum tahu ttg hal tersebut anak sudah terlanjur kenal gadget atau lingkungan sekitar tidak bisa dikontrol sepenuhnya utk bebas dari gadget. Dalam hal ini, orangtua yg perlu pintar2 cari celah utk tetap bisa meminimalisasi penggunaan gadget sebisanya. 
    3. Saat ini saya dan suami sedang LDR. Apakah juga tidak boleh jika batita saya video call dengan ayahnya? Sejauh apa anak dikatakan teradiksi dengan gadget?
      Jawab:
      Kalau anak ngeliat layar hp/tablet, entah kenapa memang serius dan kelihatan tertarik banget :D Kalau menurutku pribadi, kalau memang gadget diperlukan utk menunjang kondisi2 yg tidak ideal (misalnya LDM tadi), pertimbangannya balik lagi ke (1) durasi (2) frekuensi (3) batasan penggunaan gadget. Seberapa sering, seberapa lama, dan utk hal-hal yg seperti apa boleh pegang gadget. Kalau utk video, krn merekamnya juga dari hp mungkin agak ribet juga kalau harus dipindah ke media lain dulu. Tapi ya itu, orangtua benar2 tahu batasannya. Sebenernya akses anak ke gadget juga tergantung orangtua :D Kalau ga ada gadget tsaqif ga nyari, berarti masih bisa dikontrol kak penggunaannya. Adiksi/ketergantungan itu kondisinya kalau obyek yg jadi adiksi seseorang bilang/diambil, dia jadi gelisah, tidak tenang, dan yg terpikir cuma objek adiksinya itu. Contohnya orang yg ketergantungan main game, bisa sampai tidak tidur dan tidak makan. Di sekolah juga yg dipikirkan cuma game. Sampai rumah yg dicari cuma game. Sudah capek dan ngantuk tapi tetap maksa diri utk terus main game. Kalau kata Dr. Brown yg aku debut di materi tadi, anak ga akan sengsara cuma karena ga punya akses ke gadget. Jadi seperti halnya urusan2 lain yg ortu perlu "tega", memang perlu tega juga kasih batasan penggunaan gadget ke anak. Jadi orangtua tantangannya banyak ya, hehe. Pahalanya surga sih :) Intinya sih punya aturan yg jelas. Kalaupun pegang gadget, formatnya parent-directed activity (orangtua yg mengarahkan kegiatan), bukan child-directed activity alias semau2nya anak mau nonton apa :D
      Jadi kalaupun nonton video dia sendiri, sambil diajak ngobrol. Wah, itu kakak lagi apa?
      Gimana sih caranya? Coba tunjukin dong. Kakak lagi sama siapa tuh? Kakak lagi senang ya? Ketawa2 gitu Banyaaak deh bahan obrolannya
    4. Lebih baik mana, anak makan sambil lari-larian main atau duduk tenang lihat gadget?
      Jawab:
      Ga dua2nya mba :D makan sambil lihat gadget ujung2nya anak disuapi dan sering lama banget ngunyah. makan sambil main anak pindah2 dan lebih asyik sama mainannya. Ujung2nya perlu disamperin juga utk makan. Adik bungsu saya dulu susah banget kalau ga makan sambil nonton. Tapi bikin gemes krn makannya lama banget dan lebih banyak bengong lihat TV. Harus diingatkan berkali2 utk ngunyah makanannya. Cara paling ampuh ya anak duduk di satu tempat utk fokus makan. Selesai makan baru boleh nonton atau main. Pakai acara nangis2 dan ngambek2, tapi sekali lagi anak perlu paham bahwa otoritas ada di tangan ortu :) Kalau di luar mau ga mba makan tanpa mainan? Berdasarkan pengalaman saya selama ngajar anak2 umur 3-4 thn, nanti kalau anak mulai masuk ke lingkungan sosial yg lebih luas daripada rumah, anak perlu kemampuan utk adaptasi dgn aturan2 sosial yg berlaku. Apalagi kalau anak masuk playgroup atau TK. Biasanya ada waktu makan bersama di meja makan. Skill utk bisa duduk sampai selesai urusan makan jadi penting supaya anak bisa lebih adaptif juga selain di lingkungan rumah.
    5. Assalamu'alaikum..terima kasih sharing ilmunya Mb. Saat ini..saya n suami mnjalani Long Distance Marriage. Usia anak kami 15bln namanya Ilma. Jd seringkali video call menjadi alternatif tuk memaksimalkan komunikasi kami. Suami bisa bercakap n menyaksikan aktivitas Ilma secara langsung. Pertanyaan saya, jika anjuran anak <2th tdk terpapar gadget, apakah sebaiknya saya menghentikan aktivitas videocall anak saya dg abinya? Meski intensitasnya tdk setiap hari dan skitar 10-15 mnt. Pun kalau saya tdk lakukan..khawatirnya Ilma jd tdk akrab dg Abinya. Apalag skrg dia sdh kenal abinya n sering nyebut Abi klo liat smartphone saya. Tp kesehariannya, saya gak pernah kasi hp skalipun nonton video dan lainnya. Akses dia liat hp kalau sedang videocall sm abinya saja. Makasih...:) Tien Asmara, Parepare (Ilma,15m) RMA3
      Jawab :
      Wa'alaikumussalam mba tien. Wah, LDM  Iya, anjuran dari AAP memang no screen time utk anak di bawah usia 2 tahun. Ini dikarenakan banyak pertanyaan ttg berapa batas umur yg pasti utk anak bisa diizinkan mengakses gadget. Screen time yg dimaksud di sini lebih kepada penggunaan "screen" utk hiburan anak, misalnya menonton dan bermain games. Menurut saya, dalam kondisi yg tidak ideal di mana ayah tidak ada secara nyata di dekat anak, video call justru menjadi media yg positif manfaatnya. Selain itu mba tien juga tetap menjaga ilma utk tidak pegang gadget di luar video call, jadi bisa dikatakan aksesnya masih terkontrol. Supaya ilma ingat terus muka ayah, selain video call bisa juga melihat album foto keluarga (kalau ada).
    6. Salam.. mbak saya mau tanya..:)
      Keponakan saya usia 4y dan baru2 ini setelah fokus masuk TK, baru bisa lepas dari gadgetnya. Dulu sebelum masuk TK gadget (tab) jd mainan sehari2nya. Ditambah lg lingkungan rumah ga mendukung utk main di luar, bundanya single fighter yg harus kerja. Alhasil anak ditinggal sama neneknya. Bahkan si anak bisa bertahan sampai jam 1 mlm, mantengin video Thomas yg diputer berulang2, di samping bundanya yg sudah tertidur pulas.
      Yg mau ditanyakan, bagaimana terapi yg tepat bagi anak yg sudah terpapar gadget sampai kurang lebih 1 th? Trimakasih. Atha_Bekasi_0 year_RMA3
      Jawab :
      Wa'alaikumussalam mba atha :) Saya ga menyebutnya terapi, mungkin lebih tepat pakai kata "penanganan". Mungkin bisa refer lagi ke aturan2 penggunaan gadget yg sudah saya sampaikan di materi hari ini. Itu berlaku bukan cuma untuk anak yg belum kenal gadget, tapi juga yg sudah "terlanjur" sering main gadget. Aturan yg utama pastinya ttg kapan dan berapa lama anak boleh pegang gadget. Sebelum orangtua tidur, gadgetnya sudah harus dilepas dari tangan anak dan kalau perlu disimpan di tempat yg sulit dijangkau anak. Kalau tadinya tidak ada batasan waktu bermain gadget, mulai saat ini perlu ada. Misalnya sekali pegang gadget maksimal 30 menit, dn sehari totalnya maksimal 2 jam. Kompensasinya, perlu ada mainan dan kegiatan lain utk anak. Jadi bukan cuma "kamu ga boleh lagi lama2 main tab", tapi " udahan dulu main tabnya, kita main yg lain aja yuk." Anak juga bisa diajari utk lihat jam, kalau mulainya saat jarum panjang di angka 3 berarti stopnya saat jarum panjang di angka 9 (30 menit). Bisa juga, angka yg diinginkan di jam tsb ditempeli sticker penanda. Nanti kalau jarum yg panjang sudah di sticker ini, berarti main tabnya udahan ya.
      Dengan Ibu bekerja dan anak dititip ke nenek, saya bisa mengerti kalau kemungkinan gadget akan jadi "pengasuh" yg diandalkan supaya anak betah di rumah. Makanya, selain mengurangi waktu bermain gadget, Ibu perlu sediakan alternatif stimulasi lain utk anak. Kalau mainnya di teras rumah atau jalan depan rumah apa masih memungkinkan? Kalau masih mungkin bermain di depan rumah, kan anak bisa main mobil2an atau sepeda. Nenek bisa diminta mengawasi, tapi orangtua lah yg perlu menyediakan medianya.

  2. 0 komentar:

    Posting Komentar